Sabtu, 11 Desember 2010

Formulir Registrasi Obat Tradisional

link formulir registrasi obat tradisional
silahkan didownload :D

Hormon Steroid

A. PENDAHULUAN
Hormon adalah senyawa yang secara normal dikeluarkan oleh kelenjar endokrin atau jaringan tubuh dan dilepakan ke peredaran darah, menuju jaringan target, berinteraksi secara selektif dengan reseptor khas atau senyawa tertentu dan menunjukkan efek biologis.
Hormon dibagi menjadi dua kelompok, yakni :
a. Hormon kelenjar, yaitu homon yang dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin, seperti kelenjar adrenalis, pituitari, tiroid, pankreas dan gonad.
b. Hormon jaringan, yaitu hormon yang dihasilkan oleh jaringan, misalnya histamin, noradrenalin dan serotonin.
Hormon mempunyai struktur kimia bervariasi, seperti steroid, peptide, turunan asam amino aromatik dan asam lemak. Beberapa contoh penting hormon yang mengandung inti steroid adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalis bagian kortek. Korteks adrenalis dibedakan menjadi tiga daerah histologis, yaitu :
1. Lapisan terluar (gromerular), mengeluarkan mineralokortikoid, seperti aldosteron dan deoksikortikosteron, yang berfungsi mengatur kesetimbanagn elektrolit dan air terutama pada proses absorbsi kembali natrium di tubulus distalis.
2. Lapisan tengah (fasikular), mensintesis glukokortikoid, seperti kortison dan hodrokortison yang berfungsi pada proses metabolisme karbohidrat, anti radang, anabolik dan penekan kortikotropin. Secara umum hormon ini dapat meningkatkan ketersediaan glukosa, merangsang katabolisme protein dan lipolisis.
3. Daerah dalam (retikular) mengeluarkan hormon kelamin seperti androgen dan progestin.

B. ISI

Hormon steroid berasal dari kolesterol dan berstruktur inti perhidrosiklopentanolfenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana. Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi). Steroid banyak terdapat di alam tetapi dalam jumlah yang terbatas dan mempunyai aktivitas biologis, yang mempunyai karakteristik tertentu yaitu seperti 1) substitusi oksigen pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam 2) subsitusi gugus metil angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan atom C-18 dan C-19, kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A berbentuk benzenoid, seperti pada kelompok esterogen. Mendengar kata steroid, anabolic steroid, obat perangsang meningkatnya metabolisme hormonal tubuh manusia sehingga menjadi lebih kuat. Steroid ini di dalam dunia olahraga sering menimbulkan kontroversi, mengingat prestasi seseorang dapat meningkat dengan mengkonsumsinya, sementara di pihak lain, konsumsi steroid dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia. Baik yang terdapat di tumbuhan maupun di hewan, merupakan hormon yang larut dalam lemak, dan mempunyai struktur basa tetrasiklo. Struktur basa memiliki empat cincin yang saling terpaut dan terdiri dari tiga cincin sikloheksan dan siklopentan tersintesis dari asetil CoA melalui jalur asam mevalonik di dalam metabolisme sel tumbuhan. Perbedaan pre-kursor di jalur asam mevalonik, dalam biosintesis steroid pada tumbuhan dan hewan menghasilkan produk steroid yang berbeda, pada tumbuhan menghasilkan brassinolide dan pada hewan menghasilkan kolesterol, dan yang lain lagi pada cendawan menghasilkan ergosterol.







Mekanisme Umpan Balik Hormon Steroid
Hipotalamus(di bawah pusaran rambut)
Faktor pembebas hormone
Pituitary anterior
Hormone tropic
Gonad atau korteks adrenal
Hormone steroid
Jaringan target
• Mekanisme umpan balik berjalan sangat konsisten

Mekanisme pengaturan umpan balik ini akan menjadi masalah(dalam pemberian hormon steroid dari luar) :
Misal : pengobatan kortikosteroid jangka panjang mengakibatkan penyusutan korteks adrenal,kemampuan sebagai penghasil hormon akan terhenti/terganggu dan bersifat irreversible.
Gangguan korteks adrenal  penyakit hormon
Produksi lebih gangguan pertumbuhan kelamin seks wanita menjad
kelaki-lakian
Kegemukan tidak normal
(Gunawan, 2005)

Bagaimana hormon steroid bekerja?
Hormon steroid memiliki sifat lipid soluble sehingga dapat dengan mudah menembus membran sel menuju sitoplasma. Di sitosol hormon steroid berikatan dengan protein reseptor spesifik,membentuk suatu kompleks kemudian masuk ke nukleus dan mengikat specific regulatory sites pada kromosom. Ikatan tersebut mengaktifkan gen yang teregulasi melalui site tersebut kemudian menghasilkan produk berupa protein spesifik ( Laksmindra, 2005).

Hormon steroid dibagi menjadi dua golongan yaitu hormon adrenokortikoid dan hormon kelamin.
1. Hormon Adrenokortikoid
Hormon adenokortikoid merupakan hormon steroid yang disintesis dari kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Pengeluaran hormon ini dipengaruhi oleh adreno cortico tropin hormon (ACTH) yang berasal dari pituitary anterior. Hormon ini disebut pula dengan nama adrenokortikosteroid, adrenokortikal, kortikosteroid atau kortikoid. Beberapa fungsi fisiologinya behubungan dengan sistem kardiovaskular dan darah, sistem sraf pusat, otot polos dan stress.
Hormon adrenokortikoid dibagi menjadi dua kelompok yaitu hormon mineralokortikoid dan glukokortikoid.
a. Hormon mineralokortikoid
Hormon ini terutama digunakan untuk pengobatan penyakit Addison kronik, suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi kelenjar adrenalis karena sesuatu hal, mis: Tumor kelenjar, sehingga produksi hormon menurun. Karena penyakit Addison sukar disembuhkan, maka pengobatan dapat berlangsung seumur hidup. Hormon ini dapat meningkatkan pemasukan ion natrium dan pengeluaran kalium ditubulus ginjal.
Mekanisme kerja hormon mineralokortikoid berhubungan dengan metabolisme elektrolit dan air. Hormon ini memelihara fungsi normal ginjal, yaitu dengan mengatur pemasukan ion natrim dan pengeluaran ion kalium. Pada tingkat molekular, hormon berinteraksi membentuk kompleks terpulihkan degan resptor khas yang terdapat pada bagian inti ginjal. Pembentukan kompleks tersebut merangsang sintesis RNA dan enzim yang diperlukan untuk pengangkutan aktif ion Na, menghasilkan efek mineralokortikoid. Contoh hormon mineralokortikoid adalah : Aldosteron, Deoksikortikosteron dan Fludrokortison.
b. Hormon Glukokortikoid
Hormon glukokortikoid mempunyai efek antiradang dan digunakan untuk pengobatan kelainan pada jaringan kolagen, kelainan hematologist (leukemia) dan pernafasan (asma), untuk pengobatan rematik, pengobatn rematik karena alergi tertentu, seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna dan penyakit hati. Hormon glukokortikoid efektif untuk pengobatan penyakit schock Addison, sembab otak, hiperkalsemia dan miastenia gravis. Hormon glukokortikoid dapat berbahaya bila digunakan secara tidak tepat. Penggunaan jangka panjang menyebabkan efek samping cukup berat, seperti hipokalemia, tukak lambung, penekanan pertumbuhan, osteoporosis, muka bulat, penekanan sekresi kortikotropin, atropi kulit, memperberat penyakit diabetes mellitus, mudsh terkena infeksi, glaucoma, hipertensi, gangguan menstruasi, dan perubahan mental dan tingkah laku. Penghentian pengobatan secara tiba-tiba menyebabkan ketidakcukupan adrenal yang akut, dan menimbulkan gejala withdrawal, seperti otot menjadi lemah, nyeri otot, demam, perubahan mental, muia, hipoglikemi, hipotensi, dehidrasi dan bahkan kadang-kadang menyebabkan kematian. Oleh karena itu pada pengobatan jangka panjang dengan glukokortikoid, penghentian obat harus dilakukan dengan mengurangi dosis secara bertahap.
Mekanisme kerja hormon glukokortikoid berhubungan dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta dapat merangsang sintesis glukosa dan glikogen. Efek anti radang hormon glukokortikoid berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin, yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase A2 sehingga mencegah pelepasan mediator proses peradangan, yaitu asam arakhidonat dan metabolitnya, seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan dan prostasiklin. Glukokortikoid dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase, sedangkan NSAID hanya mengeblok jalur siklooksigenase. Hal ini dapat dijelaskan mengapa glukokortikoid mempunyai aktivitas antiradang yang lebih besar dibanding NSAID.
Contoh obat-obat yang termasuk ke dalam horman kortikosteroida adalah sbb :
-Kortison asetat -Hidrokortison -Prednison -Prednisolon
-Metil prednisolon -Parametason -Triamniolon -Fluokortolon
-Betametason -Deksametason
Modifikasi molekul telah dilakukan pada kortikosteroid alami dan sudah banyak dihasilkan obat-obat yang sangat berguna untuk pengobatan berbagai macam penyakit.
Hubungan struktur dan aktivitas hormon kortikosteroid dijelaskan sebagai berikut :
a. Secara umum, karakteristik struktur yang penting dari kortikosteroid adalah ikatan rangkap C4-C5, gugus keton pada C3, dan rantai samping 17β-ketol (-COCH2OH) karena dapat menunjang aktivitas.
Sejumlah senyawa yang tidak mempunyai system C3-keto masih mempunyai aktivitas cukup besar sehingga diduga gugus ini kecil sumbangannya terhadap kekhasan interaksi obat-reseptor.
b. Pada konsep interaksi obat-reseptor, cincin C dan D lebih penting dibanding cincin A dan B.
c. Substitusi gugus 21-OH dengan fluorin (F) meningkatkan aktivitas gluko dan mineralokortikoid, tetapi substitusi dengan gugus Cl atau Br akan menghilangkan aktivitas.
d. Adanya substituen 2α-CH3, 9α-F, 21-OH dan 9α-Cl meningkatkan aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid.
e. Mineralokortikoid pada umumnya tidak mengandung gugus !!-OH dan 17-OH. Adanya substituen OH secara umum menghilangkan aktivitas mineralokortikoid.
f. Pada umumnya substitusi gugus F, Cl dan Br pada posisi 9α meningkatkan aktivitas mineralokortikoid dengan urutan F>Cl>Br, demikian pula substitusi pada posisi 12α-F.
g. Adanya ikatan rangkap pada posisi C1-C2 dan substituen pada 6α-Cl, 16α-OH, 16α-OCH3, 16α-CH3, 16β-CH3, 17α-OH, 17α-CH3 dan 16α,17α-ketal menurunkan secara bermakna aktivitas mineralokortikoid.
Contoh : parametason, triamsinolon, fluosinolon, deksametason dan betametason, tidak menimbulkan efek retensi Na.
h. Secara umum struktur hormon glukokortikoid mengandung gugus keton atau β-hidroksi pada C11 dan gugus α-OH pada C17. Gugus 11β-OH ini sangat penting untuk interaksi obat-reseptor.
Contoh : kortison, tidak aktif pada in vitro tetapi aktif pada in vivo, oleh karena pada in vivo gugus keton pada C11 direduksi menjadi gugus hidroksi (hidrokortison) sehingga senyawa dapat berinteraksi secara serasi dengan reseptor. Demikian pula prednison, secara in vivo direduksi menjadi prednisolon.
i. Pemasukan gugus α-CH3 pada posisi 2, 6 dan 16 meningkatkan aktivitas glukokortikoid.
Pemasukan gugus 2α-CH3 meningkatkan aktivitas glukokortikoid oleh karena pengaruh halangan ruangnya dapat mencegah reduksi gugus 3-keton, baik pada in vitro maupun iv vivo.
Contoh : 2α-metilhidrokortison, mempunyai aktivitas glukokortikoid lebih tinggi dibanding hidrokortison.
j. Substitusi pada posisi 4α, 7α, 9α, 11α dan 21 menurunkan aktivitas.
k. Pemasukan gugus α-OH pada posisi 1,6,7,9,14 dan 16 atau reduksi gugus 20-keton juga menurunklan aktivitas glukokortikoid.
l. Pemasukan substituen 9α-F dapat meningkatkan aktivitas karena :
1. Adanya gugus yang bersifat penarik elektron tersebut dapat menimbulkan efek induksi pada gugus 11β-OH sehingga senyawa menjadi lebih asam dan kemampuan interaksi obat-reseptor, yang melibatkan ikatan hidrogen, menjadi lebih baik.
2. Dapat melindungi gugus 11β-OH dari proses oksidasi metabolic.

2. Hormon Kelamin
Hormon kelamin  umumnya turunan steroid; molekul bersifat planar dan tidak lentur. Kerangka dasar  siklopentanaperhidrofenantren, bersifat rigid
3 aspek stereokimia dari hormon kelamin yang dapat mempengaruhi aktivitas :
a. Letak gugus pada cincin, aksial atau ekuatorial.
b. Posisi gugus pada bidang, konfigurasi α atau ß, dan isomer cis atau trans.
c. Konformasi cincin sikloheksan, bentuk kursi atau perahu.
4 kelompok hormon kelamin :
a. Hormon androgen
b. Hormon estrogen
c. Hormon progestin
d. Obat kontrasepsi

a. Hormon androgen
Hormon androgen  testosteron dan dihidrotestosteron terutama dihasilkan oleh testis, dan dalam jumlah yang lebih kecil oleh korteks adrenalin dan ovarium. Pada laki-laki, hormon androgen mempunyai fungsi fisiologis seperti :
a. mengontrol perkembangan dan pemeliharaan organ kelamin
b. mempengaruhi kemampuan penampilan seksual
c. pertumbuhan tulang rangka dan otot rangka
d. merangsang perkembangan masa pubertas
Penggunaan utama hormon androgen yaitu :
a. pengobatan keadaan ketidakcukupan hormon pada laki-laki (hipogonadisme, hipopituitarisme)
b. impotensi
c. osteoporosis
d. tumor payudara
e. sebagai anabolik steroid untuk meningkatkan pertumbuhan (pada anak-anak) karena mempercepat anabolisme protein
f. merangsang hematopoiesis untuk pengobatan anemia
Kadang dalam dosis rendah digunakan untuk pengobatan dismonerhu, menghambat laktasi dan pengobatan frigiditas pada wanita. Penggunaan hormon androgen sebagai anabolik sering disalahgunakan, misal untuk doping bagi olahragawan.
Efek samping yang ditimbulkan oleh hormon androgen antara lain kelaki-lakian, tumbuh rambut sekunder, mual, berjerawat, hiperkalsemia, gangguan fungsi hati, sembab, dan gangguan siklus menstruasi (pada wanita).

Mekanisme kerja hormon androgen
Hormon androgen dapat meningkatkan transkripsi dan atau translasi RNA khas pada biosintesis protein. Testosteron oleh enzim 5α-reduktase diubah menjadi 5α-dehidrotestosteron dan bentuk aktif ini dpat mengikat reseptor khas yang terdapat pada testis, prostat, hipofisis dan hipotalamus. Pengikatan ini menyebabkan perubahan konformasi dan menimbulkan pengaktifan kompleks androgen-reseptor.
Berdasarkan aktivitasnya, hormon androgen dibagi menjadi dua :
1. Senyawa androgenik
Contoh : testosteron, metiltestosteron, fluoksimesteron, mesterolon, dan metandrostenolon.
2. Senyawa anabolic
Contoh : oksimetolon, stanozolol, nandrolon, dan etilestrenol

Struktur umum :



Tabel 1. Modifikasi struktur turunan testosteron
R1 (17)α R2 (17ß) Nama obat
H
OH Testosteron
OH
H Epitestosteron
H
Testosteron propionat
H
Testosteron enantat
CH3
OH Metiltestosteron
CH2CH3
OH Etiltestosteron


Tabel 2. Aktivitas andogenik beberapa hormon androgen
Hormon Androgen μg ekivalen (IU)
Testosteron (17ß-ol) 15
Epitestosteron (17α-ol) 400
17α-Metiltestosteron 25-30
17α-Etiltestosteron 70-100
17α-Metilandrostan-3α, 17ß-diol 35
17α-Metilandrostan-3-on, 17ß-diol 15

Hubungan struktur dan aktivitas
a. Pemasukan gugus 3-keto dan 3α-hidroksi dapat meningkatkan aktivitas androgenik.
b. Gugus 17ß-hidroksi penting dalam hubungannya dengan pengikatan reseptor, oleh karena itu isomer 17ß-hidroksi lebih aktif dibanding 17α-hidroksi.
c. Testosteron, tidak dapat diberikan secara oral karena oleh bakteri usus gugus 17ß-hidroksi akan dioksidasi menjadi 17ß-keto yang tidak aktif.
Testosteron mempuyai waktu paro pendek karena cepat dapat diserap dalam saluran cerna dan cepat mengalami degradasi hepatik.
d. Adanya gugus alkil pada C17α mencegah perubahan metabolisme gugus 17ß-hidroksi sehingga senyawa dapat diberikan secara oral.
Contoh : 17α-metiltestosteron, dapat diberikan secara oral, walaupun aktivitasnya hanya ½ kali aktivitas testosterone bila dibandingkan dengan pemberian secara intramuscular.
Makin panjang rantai C gugus alkil makin menurun aktivitas andogenik dan makin meningkat toksisitasnya.
Contoh : 17α-metiltestosteron lebih aktif dibanding 17α-etiltestosteron.
e. Esterifikasi pada gugus 17ß-hidroksi dapat memperpanjang masa kerja obat. Bentuk eter bersifat lebih nonpolar, lebih mudah larut dalam jaringan lemak dan bila diberikan secara intramuscular dapat menghasilkan respons sampai 2-4 minggu.
Contoh : testosteron propionat, testosteron enantat, testosterone fenilpropionat dan testosteron dekanoat.
Testosteron propionat mempunyai awal kerja cepat dan masa kerja yang lebih pendek dibanding ester-ester lain.
f. Substitusi atom halogen menurunkan aktivitas senyawa androgenik, kecuali substitusi pada atom C4 dan C5.
Contoh : fluoksimesteron, mempunyai aktivitas androgenik 5-10 kali lebih besar dibanding testosteron.
Analog testosteron yang sering digunakan sebagai androgenik antara lain mesterolon dan metandrostenolon.
Metandrostenolon mempunyai aktivitas androgenik sama dengan testosteron.
g. Pemasukan atom C terhibridisasi sp2 pada cincin A membuat cincin menjadi lebih planar dan meningkatkan kerapatan elektron senyawa, dan hal ini akan meningkatkan aktivitas anabolik.
Contoh : oksimetolon, mempunyai aktivitas androgenik : anabolik = 1 : 2,5 dan stanozolol mempunyai aktivitas androgenik : anabolik = 1: 5
h. Hilangnya gugus metil pada C19 (19-norandrogen) juga meningkatkan aktivitas anabolik.
Contoh : nandrolon (nortestosteron) dan etilestrenol, mempunyai aktivitas androgenik : anabolik = 1: 3

Nandrolon tidak mempunyai gugus alkil pada atom C17-α, sehingga gugus 17ß-OH mudah dioksidasi oleh bakteri usus menjadi bentuk keto yang tidak aktif. Oleh karena itu nandrolon hanya diberikan secara intramuscular dalam bentuk ester fenilpropionat atau dekanoat.
Contoh senyawa androgenik :
1. Metiltestosteron dalam sediaan sering dikombinasi dengan vitamin (Androtol, Neo-testophos, Hormoviton), untuk pengobatan impotensi pada laki-laki. Dosis oral : 5 mg 3 dd.
Testosteron enantat (Testoviron-Depot)  obat terpilih untuk hipogonadisme, dan untuk mengembangkan atau memelihara karakteristik seksual sekunder pada pria yang kekurangan androgen. Testosteron enantat merupakan pra-obat dengan masa kerja panjang. Di tubuh obat terhidrolisis secara perlahan-lahan melepaskan tesosteron aktif.
Kadar darah tertinggi dicapai 2-3 hari setelah pemberian intramuscular. Dosis I.M. : 200 mg, tiap 2 minggu atau 400 mg tiap 1 bulan.
Testosteron propionate, mempunyai awal kerja lebih cepat dengan masa kerja yang lebih pendek disbanding ester-ester testosteron lain. Dosis I.M. : 25 mg 3 kali per minggu.
2. Fluoksimesteron (Halotestin), androgen dengan aktivitas tinggi, 5-10 kali lebih aktif dibanding dengan testosterone. Dapat diberikan secara per oral, terutama digunakan untuk pengobatan pria yang kekurangan androgen.
Dosis oral : 2-10 mg per hari.
3. Mesterolon (Proviron), androgen yang dapat digunakan secara oral.
Dosis oral awal : 25 mg 3 dd, untuk pemeliharaan : 25 mg 1 dd.

Contoh senyawa anabolik :
1. Etilestrenol (Orgabolin), selain sebagai anabolik juga digunakan untuk pengobatan penyakit debil yang kronik pada usia lanjut.
Dosis oral : 2 mg 1-2 dd.
2. Nandrolon fenilpropionat (Durabolin), digunakan untuk anabolik pada anak-anak, pengobatan osteoporosis dan penyakit debil yang kronik.
Dosis I.M. : 25-50 mg, setiap minggu.
Nandrolon dekanoat (Deca-durabolin)
Dosis I.M. : 50-100 mg setiap 2-4 minggu
3. Stanozolol (Winstrol), anabolik yang kuat dan dapat diberikan secara oral. Anabolic ini sering disalahgunakan sebagai doping.
Dosis oral : 2 mg 3 dd.
Contoh Obat lainnya
Salah satu contohnya berasal dari kelompok Androsteron yaitu Dehydroepiandrosterone (DHEA). DHEA adalah hormon steroid yang dibuat oleh tubuh manusia. Tingkat DHEA semakin turun dengan usia semakin tua, dan menurun lebih cepat dengan berbagai penyakit termasuk HIV. DHEA dapat membantu fungsi kekebalan, meningkatkan tenaga, dan mengurangi depresi (Ottolenghi et al., 2007).
DHEA adalah sejenis steroid yang dibuat oleh kelenjar adrenal. DHEA bertindak seperti hormon, jadi obat ini disebut sebagai hormon steroid. Hormon adalah senyawa kimia yang dibuat oleh satu bagian tubuh dan dibawa ke bagian lain tubuh, di mana hormon tersebut mempunyai efek khusus. Kelenjar adrenal ditempatkan di atas ginjal.
DHEA adalah steroid yang paling umum pada manusia. DHEA dapat diubah bentuknya dalam tubuh menjadi testosteron (hormon seks laki-laki yang primer), estrogen (hormon seks perempuan yang penting), atau steroid lain (Holmes et al., 1996).

DHEA tidak menunjukkan efek serupa dengan steroid anabolik (yang membangun otot), tetapi ada kemungkinan bahan ini dapat dianggap obat yang harus diawasi secara ketat oleh pemerintah.

Pada orang dewasa yang sehat, tingkat DHEA menjadi paling tinggi pada usia kurang lebih 20 tahun, dan kemudian semakin menurun. Odha dengan lipodistrofi (lihat Lembaran Informasi (LI) 553) mempunyai tingkat DHEA yang sangat rendah.

Manfaat DHEA

Orang dengan berbagai penyakit mempunyai tingkat DHEA yang luar biasa rendah. DHEA dipakai selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini untuk mengobati obesitas (tubuh yang sangat gemuk), diabetes, dan lupus. DHEA juga ditemukan dapat memperbaiki tidur. Banyak orang yang pernah memakai DHEA melaporkan lebih banyak tenaga dan rasa nyaman yang tinggi.

Odha Memakai DHEA?
Beberapa Odha memakai DHEA dengan jumlah yang cukup untuk meningkatkan tingkatnya dalam tubuh menjadi normal. Penggunaan ini dapat membantu meningkatkan tenaganya. Beberapa penelitian menemukan bahwa DHEA meningkatkan tingkat IL-2, sebuah pembawa pesan kimia yang meningkatkan pembuatan sel CD4. Lihat LI 482 untuk informasi mengenai IL-2. DHEA juga meningkatkan kemampuan sel CD8 untuk membunuh sel yang terinfeksi. DHEA mungkin membantu memulihkan sistem kekebalan tubuh. Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa DHEA dapat mengurangi depresi pada Odha.

Pemakaian DHEA

DHEA tersedia dengan bentuk “regular”, yaitu DHEA-S (DHEA sulfat). Tubuh kita dapat mengubah DHEA menjadi DHEA-S dan sebaliknya. Seorang dokter di San Francisco, AS yang memakai DHEA pada pasien HIV-positifnya mencoba menahan tingkat DHEA dalam darah yang serupa dengan orang dewasa muda. Hal ini umumnya berarti pasiennya memakai 200mg DHEA sekali atau dua kali sehari.

Ada tes terhadap darah dan air ludah untuk mengukur tingkat DHEA dalam darah. Tes ini dapat membantu menentukan berapa DHEA yang harus dipakai dan apakah tingkatnya sudah sesuai dengan keinginan. Tingkat DHEA berubah-ubah dari pagi sampai sore, jadi sebaiknya kita selalu melakukan tes pada jam yang sama.

Efek Samping

Belum ada efek samping yang tercatat akibat penggunaan DHEA dengan takaran sampai 2.500mg per hari, selain peningkatan akne (jerawat), terutama pada perempuan.

Interaksi DHEA dengan Terapi Lain

Belum ada interaksi yang tercatat antara DHEA dan terapi lain. Karena DHEA secara alamiah berada dalam tubuh manusia, tidak mungkin akan ditemukan interaksi. Adalah mungkin bahwa DHEA dapat mempengaruhi penguraian obat oleh hati, tetapi hal ini belum diteliti.

Keberasilan DHEA?

Ada semakin banyak perhatian ilmiah pada DHEA, dengan lebih dari 100 artikel ilmiah diterbitkan setiap tahun selama empat tahun terakhir ini. Namun, belum ada banyak penelitian yang menunjukkan manfaat pada kesehatan manusia, dan beberapa hasil awal yang baik belum dikonfirmasi dengan penelitian lanjutan.

Belum ada dukungan ilmiah yang kuat untuk memakai suplemen DHEA (menambah tingkat DHEA dalam tubuh di atas tingkat normal). Namun beberapa dokter menganjurkan penggunaan DHEA sebagai pengganti, yang berarti memakai cukup untuk meningkatkan tingkat DHEA yang rendah menjadi normal. Sebuah uji coba klinis Fase II menelitikan efek penambahan DHEA pada Odha.


b. Hormon estrogen
Estrogen adalah hormon kelamin wanita, pada wanita diproduksi oleh ovarium, plasenta dan korteks adrenalis. Pada laki-laki diproduksi oleh testis dan korteks adrenalis. Sebagian besar estrogen alami pada manusia adalah estradiol, estron, dan estriol. Estradiol dikeluarkan oleh ovarium dan segera mengalami dehidrogenasi menjadi estron, kemudian dimetabolisis menjadi estriol dan dikeluarkan melalui urin. Estron adalah hormon estrogen alami yang paling banyak terdapat di dalam darah.
Di klinik hormon estrogen digunakan untuk pengobatan ketidaknormalan system reproduksi wanita, pengobatan karsinoma tertentu seperti tumor prostat dan payudara, dan untuk kontrasepsi oral biasanya dikombinasi dengan hormon progestin.
Estrogen juga sangat berguna untuk pengobatan dismenorhu, amenorhu, endometriosis, menstruasi yang tidak normal, osteoporosis, kegagalan pengembangan ovarium dan untuk mengontrol sindrom sesudah menopausa.
Beberapa indikasi dari estrogen, antara lain:
1. Kontrasepsi. Estrogen sintetik paling banyak digunakan untuk kontrasepsi oral dalam kombinasi dengan progestin.
2. Menopause. Pada usia sekitar 45 tahun umumnya fungsi ovarium menurun. Terapi pengganti estrogen dapat mengatasi keluhan akibat gangguan vasomotor, antara lain hot flushes, vaginitis atropikans dan mencegah osteoporosis.
3. Vaginitis Senilis atau Atropikans. Radang pada vagina ini sering berhubungan dengan adanya infeksi kronik pada jaringan yang mengalami atrofi. Dalam hal ini, estrogen lebih berperan untuk mencegah daripada mengobati.
4. Osteoporosis. Keadaan ini terjadi karena bertambahnya resorpsi tulang disertai berkurangnya pembentukan tulang. Pemberian estrogen dapat mencegah osteoporosis berkelanjuitan atau dapat pula diberikan estriol.
5. Karsinoma Prostat. Karena estrogen menghambat sekresi androgen secara tidak langsung maka hormon ini digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma prostat.
Efek samping yang ditimbulkan antara lain mual, gangguan saluran cerna, sakit kepala, ketegangan payudara, spoting, kegemukan, dan troboemboli.
Mekanisme kerja hormon estrogen
Hormon estrogen dapat menyebabkan beberapa efek biologis pada organ sasaran. Pada ovarium merangsang pertumbuhan folikular, pada uterus merangsang pertumbuhan endometrium, pada vagina menyebabkan kornifikasi (pendangkalan) sel epitel, pada serviks dapat meningkatkan sekresi lender dan menurunkan keketalan lendir, dan pada kelenjar pituitary ddapat merangsang pengeluaran gonadotropin. Pengikatan estrogen dengan reseptor khas dalam sitoplasma atau protein di luar inti menyebabkan perubahan bentuk konformasi protein sehingga memudahkan penetrasi komplek estrogen-reseptor ke dalam inti sel. Kompleks kemudian mengikat sisi aseptor di kromosom, memicu sintesis Mrna dan protein sehingga meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan jaringan saluran reproduksi.
Berdasarkan sumbernya estrogen dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
a. Estrogen Steroid
1. Estrogen alami
Contoh : estradiol, estriol, dan estron
2. Estrogen teresterifikasi
Contoh : estradiol benzot, estradiol propionat, esrtradiol valerat, estradiol sipionat dan estradiol sinantat.
3. Estrogen terkonjugasi
Contoh : senyawa estrogen terkonjugasi
4. Turunan semi sintetik
Contoh : asam doisinolat, etinilestradiol, mestranol dan kuinestrol.
b. Estrogen Non Steroid
Contoh : benzestrol, dienestrol, dietilstilbestrol, heksestrol, klorotrianisen dan metalenestril.

A. ESTROGEN STEROID
Estrogen steroid adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek estrogenik dan mengandung inti steroid. Contoh : estron, estriol, etinilestradiol, metranol dan kuinestrol.



Estriol 17β-estradiol estron

Hubungan struktur-aktivitas
a. Allen dan Doissy (1923), telah dapat mengisolasi dari ekstrak ovarium wanita senyawa-senyawa turunan steroid yang mempunyai aktivitas estrogenik, yaitu estron, estriol, dan 17β-estradiol. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa 17β-estradiol mempunyai aktivitas estrogenik 3 kali lebih besar dibanding estron dan 6 kali lebih besar dibanding estriol.
17β-estradiol mudah dipecah dan menjadi tidak aktif oleh mikroorganisme dalam saluran cerna. Senyawa cepat diserap di usus dan cepat pula dimetabolisis di hati. Oleh karena itu 17β-estradiol hanya aktif pada pemberian intramuscular sedang pemberian secara oral menurunkan aktivitas secara drastis.
b. Penelitian mengenai hubungan struktur dan aktivitas menunjukkan bahwa hilangnya atom O yang terikat pada C¬3 dan C17¬, epimerisasi gugus 17β-estradiol menjadi konfigurasi 17α dan adanya ikatan rangkap pada cincin B dapat meburunkan aktivitas estrogenik.
c. Perluasan cincin D akan menurunkan aktivitas estrogenik secara drastis. D-homoestradiol dan D-homoestron mempunyai aktivitas yang lebih rendah dibanding estradiol dan estron.
d. Modifikasi struktur estron menunjukkan bahwa pemasukan gugus OH pada posisi C6, C7, dan C11 menurunkan aktivitas estrogenik. Dalam suasana basa kuat (KOH), cincin D dari estron akan pecah, membentuk asam doisinolat, yang mempunyai aktivitas estrogenik lebih besar dibandingkan estron. Hal ini menunjukkan bahwa cincin D kurang berperan dalam aktivitas estrogenik.
e. Esterifikasi gugus 17β-hidroksi atau 3-hidroksiestradiol dapat memperpanjang masa kerja obat oleh karena pada in vivo bentuk ester dihidrolisis dengan lambat melepaskan estrogen bebas secara perahan-lahan. Bentuk ester ini hanya aktif pada pemberian secara intramuskular. Contoh bentuk ester dari estradiol antara lain adalah 3-benzoat, 3,17-dipropionat, 17-valerat, dan ester 17-siklopentilpropionat (sipionat).
f. Bentuk eter estradiol memiliki kelarutan dalam lemak lebih besar, penembusan membran biologis menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas estrogenik dan memperpanjang masa kerja obat. Struktur dan aktivitas estrogenik bentuk eter 2-tetrahidropiranil dari estradiol dapat dilihat pada tabel berikut.
Struktur umum :
R1 R2 Nama Obat Aktivitas estrogenik
H H Estradiol 1
H 3-(2-tetrahidropiranil)-estradiol 12
H 17-(tetrahidropiranil)-estradiol 15
3,17-bis-(2-tetrahidropiranil)-estradiol <1
Dari tabel terlihat bahwa bentuk eter 2-tetrahidropiranil pada posisi 3 dan 17 dari estradiol mempunyai aktivitas estrogenik lebih kuat dibanding estradiol.
3,17-bis(2-tetrahidropirinil)-estradiol mempunyai aktivitas estrogenik yang lebih rendah dibanding estradiol karena senyawa ini memiliki kelarutan dalam lemak sangat tinggi dan praktis tidak larut dalam cairan sel, sehingga tertahan dalam membran biologis dan tidak dapat dibawa oleh cairan sel menuju reseptor.
g. Pemasukan gugus etinil pada posisi 17α dapat memperlambat proses oksidasi estradiol oleh bakteri usus karena pengaruh adanya halangan ruang, sehingga pada pemberian per oral aktivitas estrogenik 17α-etinilestradiol 15-20 kali lebih besar dibanding aktivitas estradiol, sedangkan pada pemberian intramuscular aktivitasnya sama.
h. Bentuk eter pada gugus 3-hidroksi pada 17α-etinilestradiol akan meningkatkan kelarutan dalam lemak dan memperpanjang masa kerja obat. Contoh : 17α-etinilestradiol-3-metileter (mestranol), mempunyai masa kerja lebih panjang dibanding 17α-etinilestradiol.
Etinilestradiol dan mestranol banyak digunakan sebagi konrasepsi oral dikombinasi dengan hormone progestin.
17α-etinilestradiol-3-siklopentileter (kuinestrol) mempunyai kelarutan dalam lemak sangat tinggi, di tubuh membentuk depo (menumpuk) kemudian senyawa induk aktif dilepaskan secara perlahan-lahan sehingga kuinestrol mempunyai masa kerja sangat panjang, kurang lebih 1 bulan.
Contoh hormon estrogen steroid :
1. premarin, mengandung campuran sodium estron sulfat 50%-60% dan sodium ekuilin sulfat 20%-23%. Didapat dengan cara ekstraksi urin kuda hamil. Premarin digunakan untuk gejala-gejala yang tidak menyenangkan sesudah menopause, osteoporosis dan atropi vaginitis dan uretritis. Dosis oral : 1,25-2,5 mg 1-3 dd, selama tiga minggu per bulan
2. estradiol, aktivitasnya 3 kali lebih besar dibandingkan estron. Pada umumnya digunakan dalam bentuk ester benzoat, valerat, sipionat, atau dipropionat dan diberikan secara intramuskular untuk meningkatkan masa kerja obat. Dosis oral : 0,2-0,5 mg 1-3 dd. Dosis bentuk ester I.M : ekuivalen dengan 0,22-1,5 mg estradiol, 2-3 kali per minggu.
3. etinilestradiol (Lynoral), secara oral aktivitasnya 20 kali lebih besar dibanding estradiol. Etinilestradiol digunakan untuk pengobatan kekurangan estrogen. Kombinasi dengan hormon progestin efektif untuk kontrasepsi oral. Dosis oral : 0,05 mg 1-3 dd.
4. Mestranol, adalah bentuk 3-metilester dari etinil estradiol. Mestranol digunakan sebagai kontrasepsi oral,, dikombinasi dengan hormon progestin seperti noretindron. Dosis oral : 0,05 mg/hari.



B. HORMON ESTROGEN NON STEROID
Adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek estrogenik dan strukturnya tidak mengandung inti steroid. Contoh dietilstilbestrol, heksestrol, benzestrol dan klorotrianisen.
Hubungan struktur dan afinitas
Ada persamaan jarak kritik antara gugus-gugus yang dan membentuk ikatan hidrogen, seperti gugus hidroksil, keton dan hidroksil fenol. dari hormon estrogen non stroid dan estrogen steroid. Jarak antara gugus 3-OH dan 17-OH dari ekstradiol mempunyai persamaan dengan jarak antara gugus-gugus hidroksi fenol dietilstilbestol yaitu 14,5 A0 . jarak ini sangat penting dalam hubungannya dengan pengikatan obat dan reseptor. Dari studi kristalogi, dengan sinar x didapatkan bahwa sebenarnya jarak antara gugus-gugus hidroksil dari ekstwdiol adalah 10,9 A0 sedang jarak antara gugus-gugua hidroksil fenol dari dietilstilbestrol=121,1 A0. Dalam plasma, ekstradiol terbentuk dalam bentuk hidrat, di mana jarak antara gugus 3-OH dengan air anhidrat=12,1A0, sehingga diduga bahwa air mempunyai peran penting terhadap efek eksterogenik, selain jarak kritik, aspek sterokimia juga berpengaruh terhadap aktifitas biologis hormon estrogen non steroid. Bentuk trens-dietilstilbestrol mempunyai aktifitas estrogenik 10 kali lebih besar dibanding isomer cis.
Hasil reduksi dietilstilbestrol adalah heksetrol; senyawa ini mempunyai 2 atom C asimetrik dan dapat membentuk isomer meso dan treo.
Meso-hekssestrol mempunyai aktifitas estrogenik jauh lebih besar dari pada isomer treo karena daya tolak-menolak sterik yang lebih kecil. Meskipun demikian, dibanding dietilstilbestrol, aktifitas estrogenik Meso-hekssestrol lebih rendah.
Semua hormon estrogen non steroid aktif pada pemberian secara peroral.
Esterifikasi gugus hidroksil fenol dari dietilbestrol dengan 2 molekul asam propionat atau asam fosfat akan memperpanjang masa kerja obat dan menurunkan efek samping.
Benzestrol dan dinestrol mempunyai aktivitas estrogenik yang hampir sama dengan dietilbestrol.
Klorotrianisen merupakan praestrogen di tubuh dimetabolisis menjadi senyawa estrogen aktif. Senyawa mempunyai aktifitas estrogenik lebih rendah dibanding dietilbestrol tetapi masa kerja lebih panjang.
Hubungan struktur dan aktifitas turunan dietilbestrol:
a. Yang aktif sebagai estrogenik adalah bentuk isomer trans, sedangkan bentuk isomer cis aktivitasnya rendah.
b. Gugus hidroksil fenol sangat penting untuk aktifitas estrogenik; penggantian dengan gugus lain menurunkan aktifitas secara drastis.
c. Akatifitas maksimum dicapai bila R3 dan R4 adalah gugus etil; penggurangan atau penambahan jumlah atom C menurunkan aktifitas estrogenik.
Contoh; dietilbestrol (stilboestrol), bentuk isomer trans mempunysi sktifitas 10x lebih besar dari pada isomer cis. Aktifitas estrogenik isomer trans kurang lebih sama dengan aktifitas estron. Dietilbestrol juga mempunyai efek antikanker digunakan untuk pengobatan kanker payudara dan kanker prostat. Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik, di tubuh mengalami metabolisme secara perlahan-lahan. Tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena dapat mengakibatkan kecenderungan kanker ceviks.
c.Obat Kontrasepsi
Pada tahun 1960, mulai dipasarkan kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi hormon progestin dan hormon estrogen yaitu kombinasi noretinodrel dan mestranol.
Mekanisme kerja obat kontrasepsi memerlukan pengetahuan fisiologi siklus menstruasi. Cara kerja hormon progestin dan estrogen sebagai kontrasepsi adalah mencegah proses ovulasi dengan cara menekan produksi LH (Luteinizing Hormon) dan FSH melalui mekanisme proses penghambatan kembali. Hal ini terjadi karena adanya kadar hormon progestin dan estrogen yang tinggi di dalam tubuh.
Bentuk sediaan obat kontrasepsi dapat berupa:
tablet kombinasi hormon progestin dan estrogen, misal: Trinordiol dan Triquilar;
tablet hormon progestin, misal: linesterol 0,5 mg (Exluton), noretindron (Micronor), norgestrel 0,075 mg (Ovrette);
sediaan injeksi hormon progestin, misal: suspensi medroksiprogesteron asetat 150 mg (Depo-Provera) dan noretindron enantat 200 mg dalam larutan minyak (Noristerat);
sediaan implant hormon progestin, misal: levo-norgestrel 36 mg (Norplant);
spermisida pada vagina yang berupa senyawa asam, misal: turunan fenol, asam borat dan asam tartrat;
bakterisida, misal: ammonium kuarterner dan fenil merkuri nitrat;
surfaktan, misal: lauret, nonoksinol, dan oktoksinol.
Sediaan spermisida dipasarkan dalam bentuk sediaan krim, jeli, supositoria, atau tisue.


Antagonists Adrenocortical
1. antagonis inhibitor sintesis dan glikokortikoid
a. Metyrapone
Metyrapone adalah inhibitor selektif pada sintesis steroid. Obat ini menginhibisi 11-hydroxylation dan berinterferensi dengan sintesis cortisol dan corticosterone. Pada kelenjar pituitary normal, obat ini mengkompensasi peningkatan dari pelepasan ACTH dan sekresi adrenal 11-deoxycortisol. Respon ini menunjukan kapasitas dari anterior pitutiary untuk memproduksi ACTH dan diadaptasi untuk kepentingan test diagnosis. Selain itu, tingkat toksisitas metyrapone lebih rendah dibanding mitotane. Metyrapone banyak digunakan pada test fungsi adrenal.
b. Aminoglutethimide
Aminoglutethimide memblock konversi kolesterol menjadi pregnenolone dan menyebabkan reduksi pada semua sintesis hormone steroid aktif. Obat ini dapat digunakan bersama dexamethasone atau hydrocortisone untuk mereduksi atau mengeliminasi produksi estrogen pada pasien dengan karsinoma pada rahim (kanker rahim). Aminoglutethimide dapat dikonjungsikan bersama metyrapone atau ketoconazole untuk mereduksi sekresi steroid pada pasien dengan Cushing's syndrome, juga pada kanker adrenocortical di mana pasien tidak dapat merespon mitotane.

c. Ketoconazole
Ketoconazole, merupakan derivat dari imidazole (antifungal), merupakan obat potent dan inhibitor nonselektif dari sintesis adrenal dan gonadal steroid. Senyawa ini menginhibisi cholesterol side chain cleavage, P450c17, C17,20-lyase, 3-hydroxysteroid dehydrogenase, dan P450c11 enzymes yang dibutuhkan untuk sintesis hormon steroid. Ketoconazole digunakan untuk treathment pada pasien dengan kasus sindrom Cushing.

d. Mifepristone (RU 486)
11-aminophenyl-substituted 19-norsteroid atau RU 486, yang kemudian diberi nama mifepristone. Senyawa ini memiliki aktivitas antiprogestin yang tinggi. Pada dosis tinggi mempunyai aktivitas antiglucocorticoid dengan mengeblok receptor glucocorticoid.

e. Mitotane
Obat ini diadministasi secara oral dengan dosis sampai 12 g sehari. Satu dari tiga pasien dengan adrenal karsinoma menunjukan redusksi massa dari sel tumor. Namun, obat ini memiliki efek toksik yang tinggi diantaranya : diare, nausea, vomiting, depression, dsb.

f. Trilostane
Trilostane adalah inhibitor 3-17 hydroxysteroid dehydrogenase yang berinterferensi dengan sintesis adrenal dan hormon gonadal yang komparabel terhadap aminoglutethimide.
antagonis glukokortikoid


ketokonazole




2. Antagonis mineralokortikoid
1. Spironolactone (7-acetylthiospironolactone)

2. Eplerenone
Antagonis aldosteron, digunakan sebagai treatment pada hipertensi. Antagonis dari reseptor aldosterone ini lebih selektif daripada spironolactone dan tidak dilaporkan adanya efek terhadap reseptor androgen. Dosis standar untuk hipertensi adalah 50-100 mg/hari. Toksisitas yang kerap dijumpai adalah hyperkalemia, tetapi umumnya bersifat ringan.

3. Drospirenone
Adalah progestin pada kontrasepsi oral, juga merupakan antagonis efek dari aldosterone.

3. Antagonis androgen
- Spironolactone
Selain sebagai antagonis aldosteron, obat ini juga digunakan untuk antagonis androgen dan untuk terapi kerontokan pada wanita.

4.Antiestrogen (antagonis estrgen)
Adalah senyawa yang digunakan senyawa perangsang ovulasi karena mengandung efek langsung terhadap hipotalamus dalam meningkatkan produksi FSH. Mekanisme kerja antiestrogen sisuga melalui pemblokan hambatan kembali dari estrogen yang dihasilkan ovarium.
Contoh:
1. klomifen sitrat (profetil, mestrolin) digunakan untuk pengobatan ketidak suburan pada wanita (infertilitas) dan pengobatan oligosperma pada pria.
2. human menepausal gomadotropin (HMG) adalah ekstrak yang dibuat dari kelenjar pituari pada manusia atau urin dari urin wanita postmenepousa. Digunakan untuk pengobatan ketidak suburan pada wanita (infertilitas) dan pengobatan oligosperma pada pria.

c.

C. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1994). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Doerge RF, Ed., 1982, Wilson and Gisvol’s Textbook of Organic and Pharmaceutical Chemistry, 8th ed., J.B. Lippincott Company, Philadelphia
Foye WO, Ed., 1989, Principles of Medicinal Chemistry, 3th ed., Lia & Febiger,
Philadephia
Gunawan,Didik. 2005. Ilmu Obat Alam jilin I. Jakarta : Penebar Swadaya
Hanani, E, Mun’im A, Sekarini, R, 2005, Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia Sp. Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, Desember 2005, 127 – 133, Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UI Depok 16424
Laksmindra,Fitria. 2005. Tersedia online http://elisa.ugm.ac.id/files/fitonline2000/IIIdSKx2/Sistem%20 Endokrin.pdf. diakses pada tanggal 13 April 2009
Siswandono, & Purwanto. (2000). Kimia Medisinal. Surabaya: Laboratorium Kimia Medisinal, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga

Entomologi

Ilmu ini merupakan subspesialistik yang menjadi populer saat penentuan waktu kematian dianggap penting pada investigasi kriminal. Maka dari itu penting sekali jika ada kerjasama antara patologi, entemologi, ahli forensik, toksikologi, serologi, meski[pun demikian tampaknya entemolog kurang mendapat tempat. Penggunaan ilmu forensik entemologi post mortem adalah bahwa invasi oleh hewan dapat ditentukan dari siklus hidupnya. Spesialis arthopoda dapat membentuk koloni pada mayat dalambeberapa periode setelah kematian. Siklus hidup ini dapat digunakan untuk memperkirakan waktu kematian dengan mempelajari sctadium nya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim dan geografi. Di tangan seorang ahli temuan ini dapat menjadi informasi yang sangat berguna untuk memperkirakan waktu kematian. Metode ini telah dipakai sejak pertengahan abad 18 seperti pada publikasi yang dilakukan oleh Megun ‘faune de cadaver’ pada tahun 1984. Saat ini telah banyak publikasi mengenai entemologi forensik, meskipun sebenarnya beberapa publikasi tersebut tidak memrlukan interprestasi dari ahi zoologi untuk mengidentifikasi spesies hewan yang terlibat.Ahli entemologi mempunyai penegtahuan mengenai lingkungan tempat mayat ditemukan maka dari itu sebaiknya ia mendatangi sendiri tkp nys. Selain itu ia juga dapat memperkirakan cuaca dan temperature terutama saat mayat ditemukan karena siklus hidup dari beberapa serangga sangat dipengaruhi oleh cuaca.
Serangga yang sering ditemukan pada mayat yang masih segar adalah Blowflies genus diptera yang tersebar luas diseluruh dunia. Yang lainnya adalah bluebottless, greenbottless, dan huosefly. Bluebottles (Calliphora) adalah yang termasuk sering ditemukan terutama Calliphora vicinu robineau desvoidy (Calliphora erythrochepalameigen) yang suka menginvasi mayat. Serangga ini berukuran 6-14 mm dengan abdomen berwarna biru seperti iris
Serangga ini tidak terbang pada malam hari, dan telurnya diletakan hanya pada siang hari artinya jika ada mayat yang ditemukan pada malam hari atau pagi hari yang mengandung telur serangga ini, maka hampir dapat dipastikan bahwa korban meninggal pada hari sebelum ditemukan. Serangga ini juga tidak suka terbang pada cuaca yang dingin kecuali jika matahari bersinar cerah dan ahri tidak turun salju. Jika suhu, 12 oC serangga ini tidak akan meletakan telurnya, selain itu hujan juga akan mencegah serangga ini untuk bertelur. Bluebottles lebih menyukai mayat segar dari pada yang telah lama membusuk dan akan segera meletakan telurnya sesaat setelah kematian yang dapat menjadi petunjuk waktu kematian. Bahkan mungkin saja telur diletakan pada saat korban masih hidup. Serangga ini dapat meletakan telur sebanyak 300-2000 telur yang tersebar dalam 30-50 kelompok telur. Telur diletakan pada area yang lembab seperti kelopak mata, kantus mata, lubang hidung, mulut, bibir, genital dan anus. Bahkan da[pat pula membentuk koloni pada luka terbuka atau kulit yang mengalami abrasi. Telur berwarna kuning berbentuk seperti pisang dengan ukuran 1,7 mm.
Ada banyak literatur yang menyediakan informasi mengenai invasi seranggapada mayat yang mencakuplingkungan terutama temperatur dan siklus hidupnya. Laporan dr. Nouverta dan teman-temanya pada tahun 1967 yang berjudul ‘Crimes do not occur under eksperimental conditions and standarized food supples. Fies asmedicolegals indicatorsmust therefore be used in conjuctions with the records of meteorological conditionsexiting at the times subsequent to the presumed crime’ Publikasi yang lain adalah oleh Glaister dan Brash yang harus ditelaah secara hati-hati.
Bluebottle dewasa mulai meletakan telur 4-5 hari setelah menetas dari pupa. Telur tidak akan menetas jika suhu < 4oC tapi akan menetas 6-7 0C dalam waktu 8-14 jam.
Maggots akan mencoba untuk memasuki tubuh pada stadium larva melalui lubang-lubang tubuh. Maggots menghasilkan enzym proteolitik yang akan mempermudah penetrasi. Larva akan menetap untuk 8-14 jam kemudian akan mengalami perubahan dala 2-3 hari. Maturasi final akan terjadi setelah perubahan 3 kali, setelah kira-kira 6 hari berada dalam tubuh akan bermigrasi ke tempat lain misalnya tanah atau dapat sampai ke bawah karpet untuk menjadi pupa yang terbungkus dalam kapsul coklat dan dalam 12 hari kemudia akan menjadi lalat dewasa dan akan memulai siklus hidup yang baru. Jadi dibutuhkan sekitar 18-24 hari.
Lalat rumah (Musca domestica) sangat berbeda dengan spesies diatas, lalat ini lebih suka meletakan telurnya di sampah atau bahkan kadaver. Telurnya kecil, berwarna putih dan akan menetas dalam waktu 8-12 jam, metamorfose pertama akan terjadi dalam waktu 36 jam yang kedua 1-2 hari dan terakhir 3-4 hari, stadium pupa berlangsung 7 hari seluruh siklus hidup berlangsung 14 hari pada temperatur 22 oC.
Seringkali tanah dibawah mayat dapat memberikan petunjuk, dimana hewan-hewan tertentu akan meninggalkan area yang terdapat dibawah mayat. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi tempat mayat ditemukan. Penurunan populasi tersebut dapat berlangsung sampai 2 bulan dan kemudian akan meningkat kembali meskipun populasinya dapat berbeda dengan populasi semula. Tak adanya telur atau lava pada mayat mengindikasikan bahwa mayat berada di daerah yang tidak terjangkau oleh lalat. Jika mayat telah dikubur meskipun pada tanah yang dangkal maka bagian tubuh yang menyembul pada permukaan tana menjadi tempat masuk lalat untuk meletakan telurnya.
Munculnya serangga yang berbeda dari kebiasaan seperti Phoridae, Sphaerocerdiae mengasumsikan korban meninggal pada musim panas. Larder bettles akan muncul 3 bulan setelah kematian. House moth mungkin menyerang jaringan kering seperti mumi, serangga ini dapat menguraikan keratin seperti rambut dan kuku. Bettles adalah yang paling lambat muncul biasanya ditemukan pada mayat yang telah mengalami adiposera. Pendapat ahli sangatlah diperlukan karena semua hal-hal diatas dipengaruhi oleh banyak hal seprti cuaca dan suhu. Tak adannya serangga juga dapat mengidentifikasikan bahwa korban meninggal pada musim dingin

Pengumpulan bahan untuk studi entomologi
Ahli patologi forensik harus mnegumpulkan bahan-bahan dengan hati-hati dan selalu berdasarkan keahliannya.
Pertama-tama ahli entemologi memerlukan data mengenai lingkungan dimana tubuh ditemukan. Sebaiknya dia melakukan olah tkp sendiri, jika tidak memungkinkan maka data dapat diambil dari bmg setempat.

Sifat locus ini dijelaskan, dalam bentuk vegetasi (sayur-sayuran), pohon dan pertumbuhannya bilamana di luar ruang. Tempayak/belatung bisa ditempatkan dalam tabung, dan bilamana dihapuskan atau disebarkan serta ditransmisikan pada entomology laboratory, fragmen daging yang dimasukkan kedalam makanan. Beberapa lalat orang dewasa, serangga lain dan telur yang juga dikumpulkan tanpa preservative.
Dalam penambahannya, beberapa tempayak/belatung, orang dewasa, anak anjing, kotak pupa kosong dan telur yang dikirim setelah fiksasi. Mereka dapat ditempatkan secara langsung kedalam 80 persen alkohol, tetapi hal itu ditunjukkan dalam tiga bagian 80 persen alkohol dengan satu bagian asam asetik glasial. Lebih baik adalah cairan Pampel, yang mana enam bagian 35 persen adalah formalin, dua bagian adalah asam asetik glasial, 15 bagian 95 persen alkohol dan 30 bagian lainnya adalah air. Formol saline 10 persen ( seperti yang digunakan untuk fiksasi histologi) yang tidak digunakan.
Jika adanya perbedaan serangga pada tubuh, mereka akan ditempatkan pada tabung terpisah, khususnya bilamana mereka hidup, beberapa diantaranya bisa dikonsepsikan sebelum mereka melakukannya di laboratorium.
Bilamana dikirim dan diberi label atau diberi angka sesuai dengan kunci yang mencatat dimana tubuh mereka ada. Bilamana berada di luar ruang, soil beneath dari tubuh akan diberi sample dan dimana adanya sirkulasi penuh terjadi, pupae atau case ini harus dipastikan oleh shallow trenching pada sekitar tubuh.
Bilamana tubuh sudah direcovery dari air, beberapa serangga atau binatang air harus direcovery. Parasit tubuh bisa secara asumtif digunakan. Fleas dan lice ini dapat mempertahankan immersi keseluruhan selama beberap ajam, tetapi saran dari entomologist harus ditelaah bilamana parasit itu ada pada tubuh dan bisa menentukan daya tahan minimum khususnya karakteristik spesies yang ada.