Selasa, 15 Februari 2011

Valeriana

Botani
Genus Valeriana termasuk Valerianaceae dan terdiri dari 230 spesies. Mayoritas mewakili dari genus ini didistribusi dalam daerah beriklim sedang pada zaman purba, tetapi juga terdapat di Amerika Selatan dan Tengah. Monograf ini akan fokus pada tiga spesies paling penting yang mempunyai peranan penting dalan pengobatan herbal : Valeriana officinalis L. s.l., V. wallichii DC. dan V. edulis Nutt. ssp. procera F.G. Meyer.
V. officinalis L. s.l. (valerian) tertera dalam Pharmacopoeia European. Di Eropa spesies ini dikultivasi dalam skala besar untuk preparasi farmasetika, disiapkan dari akar dan rimpangnya. 5 subspesies terkenal dalam spesies : V. sambucifolia, V. procurrens, V. collina, V. exaltata, dan V. pratensis. Subspesies yang berbeda secara morfologi dan sitologi, sama baiknya dalam area distribusinya. Sinonim untuk V. officinalis L. adalah V. alternifolia, V. excelsa Poir., dan V. sylvestris Grosch.
V. wallichii DC (syn. V. jatamansi Jones), merupakan valerian India atau Pakistan, tertera dalam Indian Pharmacopeia. Ini dikoleksi di Pegunungan Himalaya.
V. edulis (syn. V. mexicana DC.) berasal dari Amerika Tengah dan didiskripsikan dalam Mexican Pharmacopeia.

Kandungan Kimiawi
Akar dan rimpang dari tiga kegunaan medisinal spesies Valeriana memperlihatkan perbedaan-perbedaan besar dengan memperhatikan konstituennya. Akar dan rimpang kering V. officinalis terdapat 0.5-2.0 % (b/v) minyak atsiri, dimana merupakan mono dan seskuiterpen. Lebih dari 150 senyawa telah ditemukan dalam minyak lebih jauh. Mereka termasuk asiklik, monosiklik dan bisiklik hidrokarbon, demikian juga dengan derivat oksigen, seperti alkohol, aldehid, keton, fenol, oksida dan ester. Komposisi minyak dipengaruhi lebih tinggi oleh sumber materi tanaman itu sendiri (genotip, tanah dan iklim), dan oleh metode isolasi minyak (dari bahan segar atau kering, dengan ekstraksi atau destilasi). Berdasarkan dalam prinsip komponen minyak, 4 kemotipe yang terkenal dalam spesies V. officinalis : valeronone, valerianol, cryptofauronol dan tipe-tipe valerenal.
Minyak esensial dari V. Wallichii (0,1-0,9%) kandungan terbesarnya alkohol yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yaitu alkohol seskuiterpen dan maliol. V. Edulis hampir tidak mengandung suatu minyak esensial. Kandungan minyak menguap tersebut dihasilkan dari destilasi akar tanaman yang kandungan terbesarnya valeric, isovaleric dan asam hydroxyvaleric, juga beberapa produk pemisahan lainnya yang dibentuk dari pemanasan valepotriates.
V. officinalis dan V. wallichii mempunyai beberapa kandungan yang sama dengan spesies valerian dari Jepang. Kandungannya valeranone (jatamansone), faurinone, kessan, kessyl asetat, cryptofauronol, fauronyl asetat, maaliol dan alkohol yang berasal dari tumbuhan. Semuanya itu dapat ditemukan kandungan terpen total pada spesies valerian dari Jepang 2-25 kali lebih tinggi dibanding spesies dari Eropa.
Pada tahun 1960an, Thies dan asistennya telah mengisolasi kelompok baru dari produk natural yang berasal dari bagian tanaman yang terdapat di bawah tanah V. Wallichii dan kandungannya adalah valepotriates. Valepotriates merupakan polyalkohol triester dengan struktur idiroid dan mempunyai gugus epoxy ( valeriana-epoxy-triester). Perbedaan ditemukan pada banyaknya gugus hidroksil, tipe gugus esternya dan derjat saturasinya. Hasil dehidrasi atau esterifikasi dari fungsi alkohol yang bervariasi, spesies yang membutuhkan valepotriates akan dihasilkan.berdasarkan struktur kimianya, valepotriates dibagi menjadi dua kelompok : tipe diena (meliputi valtrate, isovaltrate dan acevaltrate) dan tipe monoena (meliputi didrovaltrate dan isovaleroxyhydroxydidrovaltrate (IVHD)).
Valepotriates merupakan kandungan yang tidak stabil; valepotriates mudah menguap dan terurai/rusak dalam suasana asam atau basa juga pada larutan alkohol. Setelah hidrolisis ditemukan valeric dan asam valeric diantara kandungan lainnya. Produk terurai/rusak yang utama dari valepotriates adalah baldrinal akan berwarna kuning. Baldrinal berasal dari valtrate dan acevaltrate; homobaldrinal dari isovaltrate. Baldrinal secara kimia bersifat reaktif dan dapat menjadi bentuk polimer.
V. officinalis mengandung 0,8-1,7% valepotriates, terdiri atas valtrate dan isovaltrate dengan perbandingan 1:1 – 1:4. V. Wallichii mengandung 1,8 – 3,5% valepotriates. Selain valtrate dan isovaltrate, didrovaltrate juga terdapat dalam spesies ini. Dua tipe kimia yang membedakan V. Wallichii: tipe monoena dan diena. V. Edulis paling kaya valepotriates (8,0-12,0%). Valtrate, isovaltrate, acevaltrate, didrovaltrate dan IVHD juga ada dalam V. Edulis. Valerosidate, suatu glikosida iridoid, ditemukan pada V. officinalis (hingga 1,5%) dan pada V. Wallichii (hingga 5%). Valepotriates tidak hanya terdapat pada spesies Valeriana tetapi juga pada spesies Centranthus. Sebagai tambahan, keduanya tidak hanya terdapat pada bagian di bawah tanah saja dari tumbuhan tetapi juga pada daun spesies Valeriana dan Centranthus.
V. officinalis mengandung seskuiterpen siklopentana yang khas yang merupakan karakteristiknya. Pada minyak esensial valerenal, valerenol dan asetat,isovalerate dan ester hexanoat, dan sedikit asam valerenic dan metilester asam valerenic telah teridentifikasi. Yang penting dari seskuiterpen siklopentana tidak mudah menguap adalah derivat asam valerenic: valerenic, acetoxyvalerenic dan asam hidroksivalerenic. Dua hal utama kandungan yang spesifik dari V. officinalis, sementara yang ketiga adalah kemungkinan terbentuk bila kondisi akar tidak sesuai, misalnya kondisi di bawah tanah terlalu lembab. Oleh karena itu asam hidroksivalerenic diproduksi dari asam acetoxyvalerenic. Kandungan dari derivat asam valerenic antara 0,05% (pada tumbuhan liar) hingga 0,9% (pada tumbuhan yang dibudidaya). V. Wallichii dan V. Edulis kekurangan seskuiterpen siklopentananya.
Bertolak belakang dengan valepotriat, derivat asam valerenat stabil secara kimiawi. Di masa depan, mereka mungkin merencanakan aturan penting dalam standarisasi dan preparat valerian yang diambil dari V. officinalis. Menggunakan garis pedoman dari German Pharmacopeia (edisi 9), Schimmer dan Roder meneliti akar dan tinktur valerian. Asam valerenat dideteksi dengan metode KLT dalam 19 tanaman komersial dari jenis V. officinalis. Dari dua produk yang mengandung ekstrak dari V. wallichii Dc dan V. edulis Nutt. ssp. procera, senyawa ini tidak dapat dideteksi. Asam valerenat juga dideteksi di beberapa ekstrak air yang disiapkan sendiri dan dalam tinktur komersial. Satu kekurangan dari metode KLT adalah bahwa hanya derivat asam valerenat yang bisa diteliti atau diuji. Suatu alternatif mungkin ditemukan dalam metode HPLC langsung, yang mana derivat asam valerenat, valepotriat demikian juga baldrinal dapat dideteksi dalam sekali elusi.
Akhirnya, dalam bagian bawah tanah dari V. officinalis, ditemukan beberapa alkaloid (0.05-0.1 %) : aktinidin, 8-metoksiaktinidin (valerianin) dan naptiridilmetilketon telah ditemukan demikian juga beberapa yang lain, yang belum teridentifikasi. Selanjutnya, asam isoferulic, asam γ-aminobutyric, asam lemak bebas dan asam karbolik rantai pendek, telah diisolasi. Di dalam daun V. officinalis, telah ditunjukkan keberadaan 4 flavonoid tersebut. Dari akar V. wallichii, 2 isomer dari lanarine isovalenat dan asam 4-metoksi-8-pentyl-1-naptolat, telah diisolasi.
Perbedaan dari metabolit sekunder antara 3 jenis valeriana yang telah digunakan secara medis, secara langsung menunjukkan bahwa preparat farmasetis dari masing-masing obat mentah berbeda jauh dalam hal komposisi kimiawinya. Meskipun demikian, tuntutan hukum tidak ada dalam hal ini. Tetapi, beberapa perusahaan telah menstandarisasi produk mereka baik pada valepotriat maupun pada derivat-derivat asam valerenat. Preparat valerian dengan kandungan valepotriat terstandar kebanyakan disiapkan dari V. wallichii dan V. edulis karena spesies-spesies ini relatif mengandung banyak valepotriat. Derivat asam valerenat yang telah terstandarisasi adalah terbuat dari V. officinalis.
Faktor lain yang penting adalah bentuk dosis. Saat teh herbal disiapkan dari ekstraksi akar valerian dengan air panas, valepotriat tetap ada di akar hingga 60 % dan hanya 0.1 % yang dapat diambil dari teh tersebut. Dalam penelitian lain menggunakan akar dari V. officinalis, tidak ada valepotriat yang bisa dideteksi dalam tehnya, dimana derivat valerenat terdapat. Hal ini membawa pada kesimpulan bahwa teh dari akar V. officinalis secara praktis tidak akan mengandung baldrinal. Untuk jenis valerian lain (yang umumnya digunakan dalam bentuk teh), tidak ada data yang tersedia dalam hal ini. Namun, sebagaimana V. wallichii dan V. edulis mengandung sejumlah valepotriat yang lebih banyak daripada V. officinalis, sehingga tidak dapat diasumsikan bahwa teh yang berasal dari V. wallichii dan V. edulis yang tidak mengandung baldrinal.
Tablet dan kapsul valerian mengandung sejumlah kecil ( ≤ 1 mg) sebagian baldrinal. Tinktur yang berasal dari V. officinalis tidak mengandung valepotriat setelah 3 minggu preparasi, karena kestabilan yang rendah dari senyawa ini dalam larutan etanolik. Dalam pandangan terhadap degradasi yang cepat ini, tidak mengejutkan bahwa tidak ada baldrinal yang dapat ditemukan dalam tinktur komersial yang tersedia. Hal tersebut diasumsikan bahwa reaksi baldrinal membentuk kondensasi dengan konstituen lain dari tinktur.








Farmakologi & Penggunaan
Akar valerian telah digunakan oleh bangsa Yunani dan Romawi sebagai duretik, anodin dan agen spamolitik. Di abad ke 17 penggunaannya untuk penyakit epilepsi. Pada abad ke 18 digunakan untuk sedativa. Valerian sering digunakan bersama Bromida, Kloralhidrat dan Phenobarbital, untuk perawatan histensia dan kepanikan. Juga digunakan sebagai karminativa. Valepotriat telah diterapkan untuk merangsang gangguan psikovegetatif dan psikosomatik di dalam kasus kelelahan, menjelang kematian dan ketegangan.
Dewasa ini, sediaan velarian digunakan untuk merawat neurasthenia dan stress dikarenakan emosional. Indikasinya adalah gangguan tidur dan kejang di daerah gastrointestinal. Sebagai akibat dari ketegangan tersebut, Valeria wallichii digunakan di dalam pengobatan Ayurveda, contohnya digunakan sebagai sedativa.
Dekade ini banyak penelitian difokuskan di bidang farmakologi dari ekstrak valerian dan konstituen isolasinya. Terutama minyak atsiri dan konstituen bernama bornyl asetat dan bornyl isovaleriat bertanggung jawab terhadap efek sedatif sediaan valerian, tetapi kemudian tidak nampak terhitung kadar aksi sebagai obat. Walaupun beberapa alkaloid dari akar valerian telah diketemukan menunjukkan efek sedatif di tikus, tetapi alkaloid tersebut belum menunjukkan aktivitas biologis yang signifikan dikarenakan konsentrasi sediaan valerian tersebut yang kecil. Ekstrak air dari akar valerian hanya menunjukkan efek sedatif di laboratorium hewan saat dosis ekstrim.
Setelah mengkarakterisasi dan menconakan aktivitas biologi dari valepotriat pada akhir 1960 dan awal 1970, banyak peneliti lebih memfokuskan pada kandungannya. Campuran berbagai macam valepotriat, pada ekstrak Valeria wallichii, ditemukan menyebabkan efek sedatif pada mencit. Tambahannya adalah, ditemukannya efek spamolitik dari valepotriat di otot halus guinea pig. Pengurangan secara spontan aktivitas lokomotor dari mencit juga dapat dijabarkan setelah valepotriat dipejankan. Pada percobaan di otak tikus, perubahan elektroenchepalogram (EEG) dapat dijelaskan setelah pemejanan valepotriat. Pemejanan valepotriat secara oral hanya fraksi kecil saja yang diabsorpsi. Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa faktor konsentrasi dengan efek farmakologi memiliki hubungan di pusat sistem saraf setelah pemejanan oral. Penelitian neuro fisiologi menggunkan kucing setelah diberika valepotriat atau ekstrak calerian secra oral, tidak merubah EEG yang diamati di pusat efek sedatif. Otot tonus dari binatang uji berkurang. Hal tersebut dapat disimpulkan oleh Kriegstein dan asistennya bahwa valepotriat, asam valerenat, valeranon tidak sebaik minyak atsiri valerian, tidak memiliki efek pada pusat depresan, karena kandungan ini tidak ditemukan untuk meningkatkan pnurunan peredaran gula di otot tikus.
Hal ini mulai dilakukan dari tahun 1950-an hingga 1960-an yang menerangkan bahwa asam valerinat yang bermanfaat sebagai spasmolitik, dan valeranon mempunyai efek sebagai antikonvulsive, hipotensi dan sedatif. Selahjutnya, hubungan dengan spesies Nardostachys jatamanci DC, dimana digunakan di Asia untuk pengobatan pada penyakit sistem susunan syaraf, dimana didalamnya terdapat valeranon tetapi sedikit valepotriat. Selanjutnya khasiat farmakologi dari valeranon dipertegas; valerenal dan asam valerinat juga ditemukan untuk mengaambarkan pusat depresan dan khasiat spasmolitik.
Hal ini sering disebut “Syndrome Test”, dimana beberapa gejala diobservasi pada tikus setelah pemejanan senyawa uji. Efek depresan secara umum ditemukan untuk beberapa konstituen dari minyak atsiri V. officinalis. Untuk asam valerenat, non spesifik efek pusat depresan dapat ditemukan pada pemakaian intra peritonial pada tikus. Pada dosis di atas 100 mg/kg BB, efek ditemukan pada rotarod test dan traction test. Aktivitas spontan lokomotor dari tikus berkurang pada dosis 50 mg/kg asam valerinat.Pada dosis ini perpanjangan barbiturat,meningkatkan waktu tidur.
Efek psikotropik dari “Hokkai-Kisso”, contohnya akar dari valerian jepang, dibandingkan dengan diazepam dan imipramine. Secara po, ekstrak etanolik dari akar valerian memperpanjang heksobarbital-induksi tidur, dan menurunkan spontan ambulasi pada tikus. Dan juga, ekstrak tersebut berkebalikan dengan reserpin-induksi hipotemia pada tikus. Hasil itu mengindikasikan bahwa ekstrak valeria berfunsi pada sistem saraf pusat dan sebagai antidepresan.
Pada penelitian bangsa Jepang lain, korelasi antara kandungan dari valepotriat dan aktivitas farmakologi dari beberapa akar valerian teruji. Akar valerian dari Nepal dan Cina mengandung jumlah cukup besar valepotriat menunjukkan aktivitas nonsedativa, sedangkan akar valerian Jepang yang mengandung sedikit valepotriat menghambat stress- menginduksi ulcer formation dan memperpanjang heksobarbital- meningkatkan tidur pada tikus. Ketika ekstrak Hokkai-Kisso difraksinasi dan efek dari masing-masing fraksi pada peningkatan heksobarbital-induksi anestesia di tes, Kessyl glikol diasetat, kessyl glikol 8-asetat dan kessyl glikol 2-asetat, didapatkan sebagai zat aktif. Peningkatan heksobarbital-induksi anestesia oleh kessyl glikol diasetat diasumsikan dapat menghambat efek pada SSP. Bagaimanapun, kessyl glikoldiaseta menunjukkan tidak ada aksi penghambatan pada stress-induksi produksi ulcer.
Derivat dari kessoglikol, kessoglikol 2-asetat-8-asilat, kessoglikol 8-asilat dan kessoglikol 2,8-diasilat yang disipkan untuk memeriksa efek sedatif pada tikus dibandingkan dengan kessoglikol 2,8-diasetat. Penggunaan perpanjangan heksobarbital-peningkatan waktu tidur, hubungan struktur aktivitas dengan senyawa ini tidak ditemukan kessogikol 8-monoasetat mempunyai aksi sedatif dan lebih poten daripada kessoglikol asetat.
Invitro, asam valerinat menghambat metabolisme dari neurotransmitter asam γ-aminobutirat (GABA). Penelitian ini bisa digunakan sebgaia acuan untuk uji in vivo, sejak kosentrasi tinggi dari hasil GABA pada depresi dari SSP. Pada studi invitro lain menunjukkan interaksi dengan reseptor GABA dengan otak tikus, keduanya hidroalkohol dan ekstrak air total yang terkandung dari akar V. officinalis sama pada fraksi air didapatkan dari ekstrak hidroalkoholik menunjukkan afinitas dari reseptor GABA-A. Aktivitas ini dapat dikorelasikan dengan seskuiterpen atau valepotriat.
Fraksi philic ekstrak hidroalkoholiksama baik dengan dididrovaltrat menunjukkan aktivitas lebih luas dan reseptor barbiturat dan benzodiazepin. Kelihatan dari interaksi unsur yang dikenal menyajikan secara keseluruhan dari ekstrak dengan GABA-A reseptor yang ada secara keseluruhan suatu basis molekul untuk obat penenang dengan efek yang teramati pada mausia dan binatang percobaan. Itu ditunjukkan dari ekstrak yang menggunakan air dan bagian dari V. officinalis yang menginduksi pelepasan [H]-GABA pada otak tikus pada baris GABA dengan proses pertukaran. Harus ditambahkan, bahwa bagaimanapun yang terkait data invitro dan invivo telah terjamin.
Baru-baru ini tersedia suatu valerian ekstrak akar dari preparat V. officinalis dan standar asam valerinat dari suatu produk modern, dosis yang terkait pemberian obat secara po pada tikus yang mengikut suatu pemberian. Reduksi di dalam motilitas dan suatu peningkatan dari induksi tiopental digunakan parameter sedatif, sedang dibandingkan dengan diazepam dan klorpromazin, ekstrak hanya menunjukkkan anti konvulsi yang lemah.
Minyak akar valerian murni dan campuran yang mudah menguap (borneol, isoborneol, bornyl asetat dan isobornyl asetat) digunakan sebgai aromaterapi, juga merupakan suatu efek obat penenang, dengan cara inhalasi yang menyangkut monoterpen. Tetapi satu-satunya bukti tentang ini datang daro eksperimen binatang.
Di beberapa banyak uji klinis, dengan berbagai variasi valaerian optimal mencakup sedatif lemah dan kuat. Itu perlu bagaimanapu yang perlu dicatat didalam uji sutua secara umum adalah lebih optimal, dan bahwa komposisi ekstrak kimia yang digunakan kurang murni.
Di dapat fakta bahwa riset terhadap valerian masih belum jelas campuran mana yang adalah bertanggung jawab untuk obat sebagai sedatif. Telah diusulkan dari suatu kombinasi yang bertanggung jawab untuk efek dan penurunan produk asli murni yang dapat menjadi suatu peran. Bagaimanapun yang telah disimpulkan oleh Hazelhoff. Yang menjadi peran transquilizing efek dari preparat valerian, bisa dianggap secara total terutama dalam kaitannya dengan efek berupa (spasmolisis) pada efek pusat secara nyata.
Selanjutnya untuk proporsi sedatif dan spasmolitik beberapa lainnya sebagai aktiviat biologi dari V. wallchii menyebutkan adalah bahwa suatu air yang mengandung ekstrak daun menunjukkan aktivitas antipiretik pada tikus. Minyak dari akar tanaman tersebut ini memiliki suatu antimikrobial lemah dan efek antimitotik.
Dari Cina tersebar pasien yang terkena infeksi dengan tersebar rotavirus enteritis (radang usus disertai memar menyebabkan diare berat pada anak). Telah berhasil disembuhkan dengan suatu bahan yang berasal dari tanaman yang berupa jamu dari V. wallichii sebagai antipiretik dan antidiare. Jamu tersebut dapat mempengaruhi pada pemberian pentinga setelah 72 jam perawatan.

Farmakokinetika
Valepotriat menunjukkan suatu penyerapan gastro intestinal sangat lemah setelah pemberian oral. Berikutnya pemberian oral dari valtrate atau isovaltrate yang diturunkan ke tikus, 2 % didegradasi ke badrinal. Berlawanan dengan valepotriat, penurunan produk homobaldrinal dari penyerapan secara po diaplikasikan pada tikus sebanyak 71 % terhadap dosis pemberian di dalam air seni dari baldrinal gukoronid. Semenjak tidak adanya homobaldrinal yang berubah yang dapat ditunjukkan dalam cairan tubuh atau dalam sampel liver yang diikuti dengan pemberian secara oral, komponen tersebut nampak pada first pass metabolisme.
Setelah pemberian oral, intravena ataupun intraduodenal pada tikus, dihidrovaltrat diabsorbsi dalam bentuk yang tak berubah. Tetapi bagaimanapun juga komponen utamanya telah diubah menjadi produk polimer.




Profil Efek Samping
Data pada hewan secara umum
Data toksisitas isolat konstituen dari valerian hanya terbatas pada tikus. Setelah injeksi intraperitonial diketahui LD50 untuk valtrat sebesar 64 mg/kg berat tubuh, 125 mg/kg berat tubuh dari divaltrat, dan 150 mg/kg untuk acevaltrat. Menurut pemberian secara oral, tidak menunjakkan adanya toksisitas akut pada dosis diatas 4600 mg/kg dari valtrat, didrovaltrat dan asevaltrat. Asam valerinat yang diinjeksi secara intraperitonial, mampu menginduksi kejang pada dosis 150-200 mg/kg, dan kejang (konvulsi) terlihat pada dosis 400 mg/kg. Dan pada dosis terakhir tersebut bisa menimbulkan kematian.

Data Pada Manusia Secara Umum
Tidak ada reaksi efek samping yang signifikan yang dilaporkan menyangkut pemberian valerian pada pengobatan. Hal yang sama juga ditunjakkan pada studi klinik pada penggunaan ekstrak valerian tersebut. Toksisitas akut pada sediaan valerian juga dianggap sangat kecil. Tetapi bagaimanapun juga, studi tentang toksisitas kronis ataupun subkronis, masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan, terutama valepotriat dan produk degradasinya, baldrinal, yang mungkin bisa menyebabkan efek yang tak diinginkan (mutasi ataupun karsinogenik). Secara terpisah, ketika sediaan valerian akan digunakan untuk waktu yang lama, perlu diperhitungkan adanya resiko yang muncul.

Reaksi Alergi
Pada prinsipnya, obat yang mengandung minyak atsiri bisa menimbulkan alergi. Tetapi pada spesies Valeriana ini, reaksi alerginya belum dijelaskan.

Reaksi Kardiovaskular
Pada dosis yang tinggi, dikatakan bahwa valerian bisa menyebabkan gangguan fungsi jantung, tetapi belum ada referensi yang pasti yang bisa mendukung hal ini.

Reaksi di Sistem Syaraf Pusat
Roth dkk menyebutkan beberapa reaksi di sistem saraf pusat. Akan tetapi, belum pernah ditemukan referensi original tentang hal tersebut. Pada dosis tinggi, valerian dapat menyebabkan depresi terhadap SSP. Minyak valerian kemungkinan dapat menyebabkan menurunnya eksitabilitas dari otak dan spinal cord. “ Light stupefaction” kemungkinan juga disebabkan oleh asam isovalerenat. Efek lain dari valerian, diantaranya menyebabkan sakit kepala, agitasi, kelelahan, insomnia dan kemungkinan sebagai efek lanjut, yakni mengganggu fungsi jantung. Akan tetapi, tidak cukup bukti untuk nenyatakan peringatan terhadap sediaan valerian, kecuali mereka menyediakan alkohol dengan jumlah yang substansial, dengan label peringatan dapat mengganggu kemampuan berkendara dan resiko penggunaan sediaan valerian tidak didokumentasikan.

Reaksi Gastrointestinal
Dari kontak valepotriat dan badrinal saluran gastrointestinal, tidak disebutkan efek mutagenik lokal (lihat juga di bawah mutagenisitas dan karsinogenisitas).
Menurut Roth dkk, terjadi penghambatan tonus dan motilitas bowel ditemukan pada hewan katak dan kelinci, tetapi referensi originalnya juga tidak disebutkan.

Reaksi Hematologi
Efek sitotoksik dari valepotriat dengan epoksida diujikan pada sel progenitor tulang sumsum tikus secara invitro. Tetapi efek tersebut tidak ditemukan secara invibo. Telah dibuktikan pula bahwa distribusi komponen tersebur disitkulasi adalah kecil, hal tersebut dimungkinkan karena besarnya “first pass efect”.

Reaksi Hepatik
Produk yang mengandung valerian pada sekarang ini telah dihubungkan dengan reaksi hepatotoksik, tetapi kebanyakan produk tersebut juga mengandung bahan herbal lain yang kemungkinan bertanggung jawab terhadap efek tersebut. Juga, efek mutagenik pada liver oleh valepotriat dab baldrinal tidak disebutkan ( liat mutagenisita dan karsinogenisitas).

Reaksi Obat
Asam valerenat, valeranone, minyak atsiri dan ekstrak akar valerian telah menunjukkan dapat meningkatkan induksi barbiturat terhadap waktu tidur mencit. Hal ini mengindikasikan bahwa efek terhadap penekan SSP dapat ditingkatkan oleh konstituen valerian.
Melalui tes rotarod pada tikus, larutan murni dari valepotriat dari akar valerian memiliki aksi antagonis yang melawan efek hipnotik pada alkohol. Efek anastesi pada alkohol dapat diperpanjang oleh larutan ini pada dosis yang tinggi. Dosis yang tinggi dari valtrat memperpendek efek anastesia pada etanol, akan tetapi asevaltrat pada dosis tinggi memperpanjang efek ini. Efek antagonis valtrat pada efek narkosis etanol telah ditemukan pada tikus.
Penelitian terhadap sukarelawan menunjukkan secara langsung adanya efek yang sinergis pada penggunaan secara bersamaan antara valepotriat dan alkohol. Penggunaan secara oral dari valepotriates (valtrate, acevaltrate, didrovaltrate 200-400mg) meningkatkan kemampuannya kombinasinya dengan etanol diharapkan dapat menurunkan efisiensinya namun hal ini tidak ditemukan. Valtrate tidak mempengaruhi tinggi aliran dari kurva darah yang mengandung alkohol.

Fertilitas,masa kehamilan,dan menyusui
Tidak terdapat literature yang mengungkapkan bahwa valerian atau isolatnya dapat mempengaruhi fertilitas. Sediaan valerian telah dipertimbangkan aman bila digunakan pada masa kehamilan dan menyusui. Menurut pemerintah Australia.valerian berada pada kategori A yaitu obat-obat yang sering digunakan pada wanita hamil dan wanita-wanita usia melahirkan tanpa terjadinya peningkatan frekuensi kecacatan dan efek-efek berbahaya lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung pada janin.
Penelitian terbaru terhadap efek larutan valepotriate pada Ibu dan keturunan telah dilakukan pada tikus. Penggunaan valepotriate selama 30 hari tidak merubah siklus estrus dan lama periode suatu fase estrus serta tidak merubah indek fertilitas. Penelitian fetotoksisitas dan pengujian secara eksternal juga menunjukkan hasil yang sama, meskipun penelitian secara internal menunjukkan adanya kenaikan jumlah perlambatan osifikasi (pembentukan tulang) setelah pemberian dosis tinggi (12-24 mg/Kg). Tidak terdapat perubahan yang terdeteksi pada perkembangan keturunan setelah pemberian selama kehamilan.valepotriate menyebabkan hypothermizant pada ibu setelah pemberian secara intraperitonial, namun hal tersebut tidak terjadi pada pemberian secara oral. Umumnya, penggunaan valepotriates menginduksi terjadinya beberapa perubahan setelah pemberian secara intraperitonial, akan tetapi pemberian secara oral tidak berbahaya pada tikus hamil dan keturunannya.tingkat baldrinal juga tidak ditemukan.

Mutagenesis dan karsinogenesis
Valepotriate memiliki sifat alkalis, gugus epoxy yang terdapat padanya yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Sifat sitotoksiknya dapat melawan kultur tumor sel in vitro. Mekanisme sifat sitotoksik diperkirakan karena interaksi valepotriate dengan thiol yang berisi enzim. Efek sitotoksik dari valepotriate pada kultur hepatoma telah dihitung dengan komponen tanpa SH seperti sistein dan gluthion. Dalam penambahan, valepotriat menghambat sintesis DNA dan protein. Senyawa sitotoksik juga dikenal pada baldrinal.
Valtrat dan didrovaltrat telah menunjukkan aksi sitotoksik kuat terhadap kultur sel hepatoma. Senyawa dengan gugus bebas thiol (cth glutathione) dapat melawan efek sitotoksik valepotriat. Hal ini mengindikasikan bahwa nukleofil biologis intraselular dapat melindungi sel terhadap efek merugikan dari valepotriat dengan ikatan kovalen dan non kovalen. Valepotriat menghambat baik DNA maupun protein dalam sel hepatoma. Dengan scanning dan tracroskop transmisi elektron, perubahan mrofologi dari sel-sel hepatoma (bentuk, ukuran dan luas permukaan) sama seperti perubahan ultrastruktural intraselular ditemukan setelah inkubasi dengan valtrat dan didrovaltrat.
Valtrat, isovaltrat, dan dihidrovaltrat merupakan senyawa mutagenik pada Salmonella typhimurium stran TA 100 dan pada 2 strain E. coli dalam kemunculan sistem aktivasi metabolisme. Degradasi produk baldrinal dan homobaldrinal merupakan senyawa mutagen pada Salmonella strain TA 98 dan TA 100 tanpa aktivasi metabolisme. Senyawa-senyawa tersebut juga menunjukkan aktivitas genotoksik langsung dalam SOS-chromotest.
Belum jelas apakah besar efek racun tersebut pada mamalia, setelah terprjani sediaan yang mengandung valepotriat. Seperti yang telah disebutkan, valepotriat diserap dalam bentuk aslinya. Dalam saluran gastrointestinal, baldrinaldan poliemr-polimer yang mungkin dibentuk dari valepotriat. Kemudian baldrinal dengan dapat terglukoronidasi dalam liver. Metabolit yang berasal dari titik tersebut tidak mutagenik. Bagaimanapun, akibat kontak divalepotriat dan baldrinal dengan lambung dan dinding usus, saluran cerna dan hati adalah organ target utama yang dapat terkena efek mutagenik. Hal ini mungkin terjadi ketika sediaan valerian digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan sering. Namun, sampai saat ini masih kurang penelitian penggunaannya dalam jangka waktu lama. Sehingga, kemungkinan resiko tidak dapat diketahui. Dalam hal ini, mungkin dapat mengganti sediaan valerian dengan yang lebih potensial khasiatnya seperti valepotriat atau baldrinal.

Minggu, 13 Februari 2011

fitoterapi bag 5

OBAT ALAMI UNTUK PENGATASAN OBESITAS DAN HIPERLIPIDEMIA
PENGERTIAN OBESITAS
• Akumulasi lemak tubuh berlebihan
• Konsumsi kalori melebihi pembakaran
• Kelebihan kalori disimpan sebagai jaringan lemak adiposa
• Terakumulasi pada daerah bawah kulit, rongga perut, otot skeletal, dinding pembuluh darah, dan kelenjar susu
MENGENALI TINGKAT OBESITAS
• Menimbang berat badan di bawah air (hydrostatic weighing)
• Mengukur lipatan kulit dengan skinfold calipers
• Mengukur jaringan non-lemak dengan mendeteksi jumlah air tubuh oleh alat bioelectrical impedance
• Body Mass Index (BMI)
BODY MASS INDEX
• Pembagian antara Berat badan (kg) dengan Kuadrat Tinggi badan (meter)
• Pak Suwijiyo Pramono :
BB = 64 kg
TB = 1,59 m
• BMI = 64 : (1,59 x 1,59)
= 26
è OBEIS ?
KLASIFIKASI BERAT BADAN BERDASARKAN BODY MASS INDEX
BODY MASS INDEX KLASIFIKASI
• < 18,5 Kurus • 18,5 - 24,9 Normal • 25,0 - 29,9 Kelebihan BB • 30,0 - 34,9 Obesitas kelas I • 35,0 - 39,9 Obesitas kelas II • > 40 Obesitas III
KESAN OBESITAS
• Terkesan tidak cantik (tergantung budaya)
• Terkesan lamban tetapi emosional
• Rentan terhadap penyakit metabolik
HIPERKOLESTEROL
DIABETES
HIPERTENSI
ATHEROSKLEROSIS
JANTUNG KORONER
STROKE
PENGATASAN OBESITAS
• PERUBAHAN PERILAKU
• OLAH RAGA
• PENGATURAN POLA MAKAN/DIET
• PEMBEDAHAN
• TERAPI OBAT
• AKUPUNKTUR
GERAK AKTIVITAS KESEHARIAN
• Dosen mengajar sambil duduk karena menyimak power point laptop
• Dosen mengajar sambil mondar-mandir dengan diselingi menekan laptop
OLAH RAGA
• Tingkat kerja maksimal non-atlet 6 kkal/menit selama 1 jam
• Metabolisme rata-rata pada keadaan istirahat 1 kkal/menit
• Setelah 1 jam berolah raga, digunakan kalori sebesar 300 kkal
• Olah raga saja kurang efektif menurunkan BB, tidak mengubah lemak tubuh secara bermakna, tidak mengecilkan jaringan tubuh
• Dikombinasi usaha lain
POLA MAKAN BERLEMAK DAN KOLESTEROL TINGGI
MAKANAN BERLEMAK MAKANAN BERKOLESTEROL
• Ayam lehor Kuning telur
• Daging kambing Jerohan
• Gajih Otak
• Gorengan Udang
• Santan kelapa Kepiting
• Susu Cumi
DIET
DIET RENDAH KALORI
• Menurunkan BB 8% selama 6 bulan
• Mempertahankan penurunan BB 4% setelah lebih 1 tahun
DIET SANGAT RENDAH KALORI
• Menurunkan BB 13% selama 6 bulan
• Kekagetan tubuh bisa terjadi
PEMBEDAHAN
• Liposuction dengan alat sedot lancip pada th 1975 di Italia
• Alat sedot tumpul pada th 1977 di Perancis dan di Amerika
• Saat ini dikenal 2 cara pembedahan :
Vascular Banded Gastroplasty (VBD)
Roux-en Y Gastric Bypass (GBP)
è Sering terjadi komplikasi :
Hernia dinding abdominal
Gejala penyakit gastrointestinal
PENGATASAN OBESITAS DAN DISLIPIDEMIA DENGAN BAHAN OBAT ALAM
A. MENGURANGI MASUKAN LEMAK DAN KHOLESTEROL
1. Menekan nafsu makan
2. Menghambat absorpsi
3. Bulk Laxative dan Laksansia
4. Menghambat enzim lipase
5. Mengkonsumsi lemak yang tidak membentuk kholesterol
B. MENURUNKAN KADAR KHOLESTEROL
1. Menghambat biosintesis kholesterol
2. Memacu produksi cairan empedu
3. Menyerap lemak
Lakton → thermolabil
Kurkumin
B1 → thiamin
B2 → riboflavin
B3 → sianokobaltamin

MENGURANGI MASUKAN LEMAK DAN KHOLESTEROL
1. MENEKAN NAFSU MAKAN
35 ekor tikus jantan Wistar

Kel. I II III IV V
Akuades Amfetamin 1/3 Dosis Dosis 3 kali Dosis
(K -) (K +) Empiris Empiris Lazim
Pemberian obat peroral, sekali sehari pada sore hari (pola makan tikus pada malam hari) selama 35 hari
Pemberian pakan ad libitum pada tempat terpisah, dengan diukur jumlah pakan setiap 7 hari
Pengukuran berat badan tikus dilakukan setiap 7 hari
Analisis data dengan Anava satu jalan, dilanjutkan uji t
MENEKAN NAFSU MAKAN


• Daun Jati belanda (Guazuma ulmifolia)
• Polisakarida : Musilago
• Bahan mengembang di perut shg tidak merasa lapar
• In vivo menghambat kenaikan berat badan


MENEKAN NAFSU MAKAN


• Bangle (Zingiber cassumunar)
• Pemacu rasa mual (Emeticum)
• Minyak atsiri

A. MENGURANGI MASUKAN LEMAK DAN KHOLESTEROL
2. MENGHAMBAT ABSORPSI
• Tanin bereaksi dengan protein dan membentuk masa yang melapisi dinding usus sehingga menghambat absorpsi lemak dan kholesterol
• Percobaan in vivo serupa dengan penekan nafsu makan tetapi dengan kontrol positif larutan tanin dan dimonitor frekuensi defekasi untuk melihat efek samping konstipasi
• Secara in situ dapat dilakukan dengan percobaan usus terbalik yang dilapisi tanin-protein untuk melihat hambatan absorbsi dengan mengukur kadar kholesterol dan lemak yang menembus dinding usus
MENGHAMBAT ABSORPSI


• Buah Jati belanda (Guazuma ulmifolia)
• Tanin berikatan dg protein melapisi dinding usus
• Menghambat absorpsi
• Hentikan jika konstipasi


MENGHAMBAT ABSORPSI
• Teh (Camelia sinensis L.)
Epigalokatekin galat (gabungan antara katekin (penyusun tanin terkondensasi) dan turunan asam galat (penyusun tanin terhidrolisis)
• Kayu rapat (Parameria laevigata)
• Kulit buah Delima (Punica granatum)
• Gambir (Uncaria gambir)
Tanin katekin, terlalu kuat bisa konstipasi
A. MENGURANGI MASUKAN LEMAK DAN KHOLESTEROL
3. BULK LAXATIVE DAN LAKSANSIA
35 ekor tikus jantan Wistar

Kel. I II III IV V
Akuades Pencahar 1/3 Dosis Dosis 3 kali Dosis
(K -) (K +) Empiris Empiris Lazim
Pemberian obat peroral, sekali sehari pada pagi hari
Pemberian pakan ad libitum pada tempat terpisah, dengan diukur jumlah pakan setiap hari
Frekuensi defekasi dan konsistensi feses dicatat
Pengukuran berat badan tikus dilakukan setiap 7 hari
Analisis data dengan Anava satu jalan, dilanjutkan uji t
MELANCARKAN BAB


• Biji daun sendok (Plantago major)
• Polisakarida
• Water soluble fiber (Serat larut air)
• Bulk laxative
• Melancarkan defekasi (BAB)
• Dapat juga makan jelly yang agak banyak
LAKSANSIA


• Buah pace (Morinda citrifolia)
• Daun selamaki (Cassia senna)
• Buah trengguli (Cassia fistula)
• Akar Kelembak (Rheum palmatum)
• Antrakuinon : Morindon, Senosida, Rhein
A. MENGURANGI MASUKAN LEMAK DAN KHOLESTEROL
3. MENGHAMBAT ENZIM LIPASE
Lemak
l
Gabungan gliserol dan
asam lemak rantai panjang
l
Molekul besar
Tidak terabsorpsi oleh fili-fili usus
l
Enzim lipase menghidrolisis lemak menjadi
Asam lemak yang molekulnya kecil
l
Mudah diabsorpsi






MENGHAMBAT ENZIM LIPASE


• Daun Jati belanda (Guazuma ulmifolia)
• Alkaloid
• Menghambat enzim lipase
• Lemak bermolekul besar tidak terpecah
• Lemak tidak diabsorpsi
A. MENGURANGI MASUKAN LEMAK DAN KHOLESTEROL
5. MENGKONSUMSI LEMAK YANG TIDAK MEMBENTUK KOLESTEROL


• Minyak dengan asam lemak berantai pendek (< 14) • Kelapa (Cocos nucifera) • Asam laurat • Virgin Coconut Oil (VCO) MENINGKATKAN PENGGUNAAN KOLESTEROL TUBUH • Kolesterol tubuh è Garam empedu • Kurkumin dan desmetoksi kurkumin memacu produksi cairan empedu èPenggunaan kolesterol tubuh meningkat èPenurunan kadar kolesterol TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) • Uji farmakologi dan uji klinis • Menurunkan kolesterol dan LDL kolesterol • Tanpa minyak atsiri shg tidak memacu nafsu makan • Bisdesmetoksi kurkumin menghambat produksi cairan empedu è kunyit kurang efektif MENGHAMBAT PEMBENTUKAN KOLESTEROL Bawang putih (Allium sativum) • Alliin èAllisin (aktif) è Allil sulfida • Menghambat biosintesis kolesterol • Ekstrak etanolik • Efek samping bau badan Sel pecah (aliin) → enzim aliinase → alisin alil sulfida Oksidasi Asam Pemanasan Alil sulfida : anti mikroba MENYERAP LEMAK TUBUH • Chitosan dari chitin kulit udang, kulit kepiting • Menyerap lemak dan dibuang melalui feses • Biji jinten hitam (Nigella sativa) • Jamu Kalimantan perlu diteliti BAHAN PENURUN KOLESTEROL YANG LAIN • Daun asam jawa (Tamarindus indica) • Buah belimbing wuluh (Averhoa bilimbi) • Daun kemuning (Murraya paniculata) • Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) • Dsb. JENIS DIABETES • Diabetes tipe I – Tergantung insulin, sel beta pankreas telah rusak sehingga tidak dapat memproduksi insulin • Diabetes tipe II – Resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, defek sekresi insulin • Diabetes gestasional – Sewaktu hamil • Diabetes tipe lain – Karena kelainan genetik, infeksi, obat/bahan kimia PENGATASAN DIABETES TIPE I • PEMBERIAN INSULIN karena memang sudah tergantung insulin • INSULIN adalah polipeptida yang rusak oleh asam lambung sehingga tidak dapat diberikan secara oral • PREPARAT YANG TERSEDIA BERUPA INJEKSI INSULIN (dalam satuan unit CARA PERCOBAAN PRAKLINIK • Tikus dibuat diabetes dengan pemberian suntikan subkutan streptozotosin atau aloksan untuk merusak sel beta pankreas • Setelah 3 hari darah diambil, sebagai titik awal • Pemberian obat selama 14 hari, diambil darah dan diteruskan tanpa perlakuan selama 7 hari HASIL PENELITIAN OBAT ALAMI • Bawang putih – Allisin, telah uji klinis • Buah Pare (Momordica charantia) – Perasan invivo dan uji klinis positif, ekstrak etanol dan infusa negatif, kandungan aktif polipeptida charantin • Daun ketela rambat (Ipomoea batatas) – invivo positif DIABETES TIPE II • Sulfonilurea – merangsang keluarnya insulin dari sel beta pankreas, meregulasi reseptor insulin di jaringan • Tolbutamid, klorpropamid • Glibenklamid menstimulasi langsung sekresi insulin oleh sel beta • Biguanid – Metformin – Pembebasan insulin pada sel beta tidak terjadi CARA PERCOBAAN PRAKLINIK • Uji toleransi glukosa/ uji pembebanan glukosa • Tikus puasa diukur kadar gulanya • Diukur lagi setelah pembebanan glukosa • Pemberian obat peroral • Pengukuran kadar gula darah pada menit ke 0, 30, 60, 120, 180, 240 HASIL PENELITIAN OBAT ALAMI • Sambiloto (Andrographis paniculata) – Diterpen andrografolid • Daun imba (Azadirachta indica) – toksik • Ceplukan (Physalis angulata) • Daun salam (Syzigium polyantum) – lemah • Buah mengkudu (Morinda citrifolia) – lemah • Brotowali (Tinospora crispa) - Alkaloid Bahan lain • Mahoni (Swietenia mahagoni) • Babakan pule (Alstonia scholaris) • Biji duwet (Syzigium cumini) • Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) • Biji kluwak (Pangium edule) • Bunga pisang (Musa paradisiaka) Buncis (Phaseolus vulgaris) • Karbohidrat di mulut dihidrolisis oleh amilase menjadi oligosa • Oligosa di saluran cerna dihidrolisis oleh alfa glukosidase menjadi monosa/heksosa • Jika enzim alfa glukosidase dihambat maka karbohidrat tidak diubah menjadi heksosa/glukosa, tidak tambah kalori • Zat aktif : protein faseolin GOUT / PIRAI SENDI • Penyakit metabolik • Ditandai oleh hiperurikemia • Disebabkan peningkatan pembentukan asam urat • Atau karena pengurangan ekskresinya • Harga normal Pria 6,5-7,0; Wanita 6,0 mg/dl GEJALA GOUT SECARA KLINIS SERANGAN GOUT AKUT • Mengendapnya kristal asam urat di persendian di malam hari • Fagositosis oleh leukosit è fagolisosom yang membrannya robek oleh kristal • Enzim lisosom keluar, sel autolisis è reaksi peradangan jaringan è pengendapan asam urat yang baru GEJALA GOUT SECARA KLINIS INTERVAL BEBAS GEJALA • Berlangsung berbulan atau bertahun-tahun • Serangan berikut dapat disebabkan oleh pembedahan, dehidrasi, puasa, makan berlebih, minum alkohol GEJALA GOUT SECARA KLINIS PATOFISIOLOGI GOUT DAN KERJA OBAT DIET --------- PURIN ------------Asam ribonukleat sel I HIPOKSANTIN Alopurinol --------- I XANTIN ------ GINJAL --à Diuretik Alopurinol -----I ASAM URAT -------- Allantoin I KRISTALISASI PADA JARINGAN I FAGOSITOSIS OLEH SEL LEUKOSIT ------ Kolkhisin I Kortikosteroid ------- PERADANGAN ----------NSAID PENGOBATAN • URIKOSURIK : meningkatkan eliminasi asam urat melalui urin • URIKOSTATIK : menghambat enzim xantin oksidase • ANTI INFLAMASI NON STEROID : mengurangi peradangan • KOLKHISIN : menurunkan aktivitas fagositosis leukosit KAYU SECANG (Caesalpinia sappan) • Infusa kayu secang menurunkan kadar asam urat darah in vivo pada ayam • Zat aktif turunan benzopiran/kroman dg substituen fenolik • Dosis zat aktif agak besar SELEDRI (Apium graveolens) • Aktif in vivo pada tikus hiperurikemia • Fraksi aktif : flavonoid semipolar (apigenin, apiin) • Fraksi aktif minyak atsiri • Perlu dilanjutkan pd tikus dg diberi asam oksonat DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol) • Infusa daun kepel aktif menurunkan asam urat • Mengandung antioksidan potensial sebagai penangkap radikal • 7,3’,4’ trihidroksi 5 metoksi flavonol • Fraksi tak larut petr eter ekstrak metanol menurunkan asam urat HERBA SURUHAN (Peperoma pellucida) • Infusa herba suruhan menurunkan asam urat pada ayam • Kandungan flavonoid telah diisolasi • Tanaman mudah tumbuh namun voluminous TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) • Jamu dg komponen terbesar temulawak aktif pada tikus hiperurikemia yg diberi asam oksonat • Efek positif data sampingan uji klinis fraksi kurkuminoid • Minyak atsiri memacu nafsu makan (kontraindikasi) ISOLAT AKTIF KUERSETIN – dalam berbagai tanaman - menghambat produksi asam urat - menghambat pelepasan agen inflamasi BROMELIN – Buah Nenas - antiinflamasi - meningkatkan absorpsi kuersetin è Komplementer/saling mendukung ANTOSIANIDIN & PROANTOSIANIDIN - dalam anggur dan bilberi - menurunkan kadar asam urat - mencegah serangan gout - antioksidan dan menghambat pembentukan leukotrien URIKOSURIK • TEMPUYUNG (Sonchus arvensis) Zat aktif : Flavonoid luteolin Dapat melarutkan batu ginjal • KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) Zat aktif : flavonoid sinensetin dan sejenisnya, garam kalium, saponin (Sinergisme) PENDEKATAN HOLISTIK R/ Seledri – menghambat xantin oksidase Temulawak – antiinflamasi Tempuyung – urikourik OBAT HERBAL INDONESIA UNTUK APRODISIAKA - TONIK DAN MENINGKATKAN DAYA TAHAN - MENINGKATKAN EFEK ANDROGENIK - MENINGKATKAN LEVEL TESTOSTERON - VASOSTIMULAN LOKAL - APRODISIAKA UMUM - PENYEGAR BADAN - TONIK DAN MENINGKATKAN DAYA TAHAN > Vitalitas tubuh akan meningkatkan potensi seksual
> Tes farmakologi : waktu dari kemampuan mengapung dalam air
> Panax ginseng (Gingseng Korea)
> Phyllanthus emblica (buah Kemloko)
> Sida spp (daun Sidaguri)
> Akar Withania, Akar Tinospora, Akar Asparagus, Akar Marsdenia, Akar barlenia


Panax Gingseng
• famili : araliaceae
• Ginsenosida : saponin/glikosida sterol
Protopanaxatriol tipe Rg 1, Rg 2, Rf, dan Re
Protopanaxatriol tipe Rc, Rd, Rb 1, dan Rb 2
• Menstimulasi metabolisme sel
• 13 studi klinis menunjukkan stimulasi yang baik
• 17 studi klinis menunjukkan stimulasi fisik dari tubuh
• Dosis : 200 mg dari 5:1 ekstrak terstandarisasi

- MENINGKATKAN EFEK ANDROGENIK
> tes farmakologi : stimulasi jengger ayam
> buah Piper retrofractum (Cabe Jawa)
> sama dengan efek dari andriol
> dosis : 150 mg dari 20 : 1 ekstrak etanolik terstandarisasi
> toksisitas : LD 50 pada hewan 2.324 mg/kg toksik moderat
> kandungan kimia : Alkaloid piperin
Minyak atsiri
Beta sitosterol
Resin

- MENINGKATKAN LEVEL TESTOSTERON
> tes farmakologi : in vivo, pengukuran level testosteron darah dan berat testis dari tikus uji
> Eurycoma longifolia (pasak bumi atau Tongkat ali) mengandung Quassinoid sebagai kandungan aktifnya
> piper retrofractum (Cabe Jawa)

- VASOSTIMULAN LOKAL
> Korinante Yohimbe
> Secara tradisional digunakan sebagai upacara kejantanan pria
> Alkaloid yohimbin
> Lokal vastimulan pada daerah penis → menstimulasi ereksi
> Efek samping negatif : hipertensi

- APRODISIAKA UMUM
> Tes farmakologi : mengamati tingkah seksual dari tikus jantan yang ditempatkan bersama dengan tikus betina
> Mengamati : introducing (ngirik2i), mounting (memanjat), climbing (menumpangi), genital grooming (menjilati organ seksual), coitus (bersetubuh)
> Eurycoma longifolia (Pasak bumi)
> Talinum paniculatum (Ginseng jawa)
> Panax ginseng (Ginseng korea)
> Allium sativum (Bawang putih)

TALINUM PANICULATUM
> Ginseng jawa, jawa som
> Permukaan akar ungu kemerah2an
> Bunga kuning kecil
> Mengandung steroid setelah akar berumur dua tahun
> Spesies lain : Talinum triangulare (Telo som)
> Permukaan akar putih
> Bunga ungu
> Daun berefek kontras, yaitu membuat lemas, menurunkan libido

ALLIUM SATIVUM
> S-allil-L-sistein sulfoksid (Aliin)
→asam piruvat + asam 2-propana sulfenat
→dialil sulfinat (alisin), kandungan aktif
→dialil sulfida
> Membutuhkan metode yang tepat untuk ekstraksi
> Efek samping : bau yang tidak enak

- PENYEGAR BADAN
> Pengalaman empiris
> Penghangat tubuh
> Zingiber officinale (Ginger, Jahe)
> Kaempferia galanga (Kencur)
> Curcuma xanthorrhiza (Temulawak)
> Curcuma domestica (Kunyit)
> Alpinia galanga (Laos)
> Nigella sativa (Jinten hitam, Habatus Saudah)
> Arctocarpus integra (Kayu nangka)

APRODISIAKA EMPIRIS LAINNYA
 Biji Mucuna pruriens (Kacang babi, Daun gatel ayer, Rawah)
 Bulir Avena sativa (Haver, Oate, Avoine)
 Batang Sida cordifolia (Sidaguri)
 Umbi Asparagus ascendens
 Biji Hygrophila auriculata (Gendarusa perempuan, Telur kodok)

fitoterapi bag 4

KEMUNGKINAN TERJADINYA KOMBINASI EFEK KANDUNGAN AKTIF DALAM SATU BAHAN
 EFEK KOMPLEMENTER
Saling mendukung menuju satu indikasi dengan mekanisme berbeda
 EFEK SINERGISME
Saling mendukung menuju satu indikasi dengan mekanisme sama sehingga saling menguatkan
 EFEK KONTRAINDIKASI
Dua kandungan kimia atau lebih yang memiliki efek berlawanan
 EFEK BERLAINAN

EFEK KOMPLEMENTER
HERBA THYMI (Thymus vulgaris)
 Senyawa fenol : timol, karvakrol à Anti mikroba
 Minyak atsiri à Ekspektoran/Pengencer dahak
 Flavon polimetoksi à Spasmolitik/Meredakan batuk

EFEK SINERGISME
KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus)
 Flavon polimetoksi : Flanonoid sinensetin, eupatorin à Diuretika
 Garam kalium à Diuretika
 Inositol à Diuretika

EFEK KONTRAINDIKASI
TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza)
 Kurkumin dan desmetoksikurkumin
à Memacu produksi cairan empedu
à Penggunaan kholesterol tubuh meningkat
à Kadar kholesterol darah turun
 Minyak atsiri
à Memacu nafsu makan
à Masukan lemak dan kholesterol tubuh tinggi à Kadar kholesterol darah naik

EFEK BERLAINAN
MENGKUDU (Morinda citrifolia)
 Kumarin : Skopoletin à Penurun tekanan darah
 Alkaloid : Xeronin à Penurun kadar gula darah
 Antrakinon : Morindon à Laksansia

KOMBINASI EFEK DALAM RAMUAN
 EFEK KOMPLEMENTER
 EFEK SINERGISME
 EFEK KONTRAINDIKASI
 PENGHAMBATAN ABSORPSI
 PENINGKATAN ABSORPSI
 PENGURANGAN WAKTU TRANSIT USUS
 PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI PENGHAMBATAN SITOKROM P450
 PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI PENGHAMBATAN GLUTATHION S-TRANSFERASE

EFEK KOMPLEMENTER
R/ Seledri
Kumis kucing
Seledri à Flavonoid Apiin dan Apigenin à Vasodilator à Tekanan darah turun
Kumis kucing à Flavonoid polimetoksi : sinensetin, eupatorin; garam kalium; dan inositol à Diuretika à Penurunan tekanan darah
Contoh produk : Tensiguard dari phapros

EFEK SINERGISME
R/ Akar Valerian
Biji Pala

Akar Valerian à Valepotriate à Sedativa
Biji Pala (Myristica fragrans) à Miristisin à Sedativa

EFEK KONTRAINDIKASI
R/ Daun Lidah buaya
Akar Klembak
Lidah buaya à Antrakinon Aloin à Laksansia
Akar Klembak à Antrakinon Rhein à Laksansia
Tanin à Anti diare
à EFEK BERLAWANAN
R/ Daun sena (Cassia senna) à Senosida à Antrakinon à Laksansia
Daun teh (Camelia sinensis) à Tanin à susah BAB (tapi kadar tanin sangat kecil, jadi ternyata tidak bermasalah, dan diijinkan oleh badan POM)

PENGHAMBATAN ABSORPSI
 TANIN
à Bereaksi dengan protein
à Membentuk senyawa tak larut
à Melapisi dinding usus
à Menghambat absorpsi zat aktif
à Efek Farmakologi berkurang
Teh, Klembak, Daun Jambu Biji, Kayu Rapat (Parameria laevigata)
Tanin disini sebagai zat aktif

PENINGKATAN ABSORPSI
 SESKUITERPENOID
Komponen minyak atsiri
à Dapat meningkatkan absorpsi Kurkuminoid hingga konsentrasinya dalam darah meningkat 8 kali
à Efek Farmakologi meningkat
Kurkumin à hepar à metabolit (hasil reduksi), yang berefek metabolitnya
Kurkumin dan seskuiterpen à sama saja
Kurkumin + minyak atsiri à analgetika
Minyak atsirinya sendiri à analgetika

PENGURANGAN WAKTU TRANSIT USUS
 BIJI DAUN SENDOK
à Polisakarida
à Terkena air mengembang
à Bulk Laxative
à Meningkatkan BAB
à Mengurangi Intestinal transit time
à Kesempatan absorpsi zat aktif berkurang
à Efek Farmakologi berkurang

PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI PENGHAMBATAN SITOKROM P450
 PIPERIN
 TERHADAP KURKUMIN
à Menghambat Aktivitas Enzim CYP
à Metabolisme Kurkumin di hepar berkurang
à Ketersediaan hayati Kurkumin meningkat
à Kadar dalam darah meningkat 10 kali lipat
à Efek farmakologi meningkat
Lada hitam (Piper nigrum), Cabe jawa (Piper retrofractum)

PENINGKATAN BIOAVAILABILITAS MELALUI PENGHAMBATAN GLUTATHION S-TRANSFERASE
 KURKUMIN
à Menghambat aktivitas GST
à Metabolisme zat aktif lain berkurang
à Ketersediaan hayatinya meningkat
à Konsentrasi dalam darah meningkat
à Efek Farmakologi meningkat
Temulawak, kunyit, bengle (Zingiber purpurea) , temugiring (Curcuma heynena)

Temu ireng (curcuma aeruginosa)

CONTOH SEDIAAN
 KEMASAN
Tablet, Dus, 2 strip @ 10 tablet, strip @ 4 tablet
 DOSIS
2 kali sehari 1 tablet
 KOMPOSISI
Attapulgit 300 mg
Psidii Folii Extract 50 mg
Curcumae Domesticae Rhizomae Extract 75 mg
 KHASIAT
Untuk pengobatan diare non spesifik
 PERHATIAN
Tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun dan penderita harus minum oralit. Bila dalam penggunaan 3 hari tidak sembuh, hubungi dokter

Diare
 SPESIFIK
Penyebab utama yang diketahui bakterinya salmonella typhi, kolera
 NONSPESIFIK
Penyebab utamanya belum diketahui

PENYAJIAN INFORMASI UNTUK DOKTER
 NAMA SEDIAAN
Untuk Fitofarmaka atau Obat Herbal Terstandar yang telah terdaftar di Badan POM
 NAMA BAHAN BAKU
Untuk bahan baku yang telah ada data klinisnya tetapi belum terdaftar di Badan POM

ORTHOSIPHONIS FOLIUM – Java Tea
 DEFINITION
Java tea consists of the fragmented, dried leaves and tops of stems of Orthosiphon stamineus Benth. (O. aristatus Miq.; O. spicatus Bak.)
 CONSTITUENTS
Up to 12% of minerals with a high proportion of potassium (2-10), approx. 0.2% of lipophilic flavones including sinensetin and isosinensetin (2,3,6,7,11-18), flavonol glycosides (15,16), rosmarinic acid 0.1-0.5% (3,16,18-20) and other caffeic acid depsides (15,16), inositol (8), phytosterols such as β-sitosterol (2), and up to 0.7% of essential oil (2,4,6,7,9,10,21); pimarane, isopimarane and staminane diterpenes (2,6,7,9,16,29,30) and chromenes such as methylripariochromene A (28,31,32)
 CLINICAL PARTICULARS
 Therapeutic indications
Irigation of the urinary tract, especially in cases of inflammation and renal gravel, and as an adjuvant in the treatment of bacterial infections of the urinary tract (2,7,16,33-35)
 Dosage
Adults: An infusion of 2-3 g of dried material in 150 ml of water two to three times per day; equivalent preparations (3,5,7,36)
 Method of administration
For oral administration
 Duration of administration
No restriction
 Contraindication
None known
 Special warnings and special precautions for use
Java tea should not be used in patients with oedema do to impaired heart and kidney function.
 Interaction with other medicaments and other forms of interaction
None reported.
 Pregnancy and lactation
No data available. In accordance with general medical practice, the product should not be used during pregnancy and lactation without medical advice.
 Effects on ability to drive and use machines
None known
 Undesirable effects
None reported
 Overdose
No toxic effects reported

PERATURAN MENTERI KESEHATAN R.I.
Nomor : 760/MENKES/PER/IX/1992
Tentang FITOFARMAKA
 FITOFARMAKA
Adalah sediaan obat dan obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku
è Tidak harus produk yang terdaftar di Badan POM, yang penting sudah ada bukti keamanan dan khasiatnya baik dari hasil penelitian institusi maupun publikasi ilmiah yang diakui validitasnya

fitoterapi bag 3

LEBIH SESUAI UNTUK PENYAKIT METABOLIK & DEGENERATIF
Penyakit infeksi-antibiotik
Obat tradisional kurang tepat
Yang sering resisten : Malaria, Virus, Keputihan
Penyakit metabolik & degeneratif
Pengobatan lama, efek samping harus kecil, obat tradisional lebih sesuai
Diabetes, hiperkolesterol, asam urat, hepatitis
Rematik, hipertensi, maag, kanker, lemah syahwat, pikun

Negative List of Ingredients (Bahan yang dilarang digunakan dalam ramuan obat tradisional)
- Digitalis (obat jaantung)
- Comfrey/Sympitum officinale (hepatotoksik)
- Widuri/Calothropis gigantea (bunga warna biru, banyak terdapat di daerah pantai, obat jantung)
- Artemisia annua (artemisia yang mengandung artemisisnin dilarang karena berfungsi sebagai antiplasmodium yang dapat menyebabkan keresistensian)
IC50 < 50 µg/ml → standar di luar negeri (kalo di Indonesia mah 100 µg/ml ga dipermasalahkan, so perlu dipurifikasi)
Diabetes : kelainan metabolik gula
Dislipidemia : kelainan metabolik lipid
Hiperurisemia (asam urat) ; kelainan metabolik asam laktat

Alisin, potensi sama dengan penisilin
Anetol, Foeniculum vulgare
Timol, Thymus vulgaris
Eugenol, Eugenia aromatica
Cavichol/Cavibenthol, Piper betle

PROMOTIF & PREVENTIF
Penyegar badan : beras kencur, temulawak, cabe puyang
Pelancar haid & habis bersalin : kunir asem
Pemacu ASI : daun katu
Peningkat daya tahan tubuh : meniran, sambiloto, temulawak, buah merah, bawang putih, mengkudu
Menopause : kedelai
Penghangat tubuh : jahe, kapulogo, secang

CARA PEMBUATAN JAMU YANG BAIK
Semua bahan harus dicuci bersih
- Jika membuat perasan harus digunakan air matang
- Jika membuat rebusan
- gunakan air yang bersih
- hindari penggunaan panci aluminium atau besi (lebih baik stainless still, email, periuk tanah)
- sebelum 24 jam harus dimasak kembali
- jika berbau minyak menguap panci harus terus tertutup
BATUK TANPA DEMAM
R/ Jeruk nipis 1 buah
Kecap atau madu secukupnya

Jeruk nipis dipotong dan diperas airnya
Tambahkan kecap atau madu sama banyak dg air perasannya
Aduk sampai rata, kmd diminum
Dewasa : 3 kali sehari 1 sendok makan
Anak-anak : 3 kali sehari 1 sendok teh
BATUK DISERTAI PILEK
R/ Manis jangan 1 jari
Daun poko kering (serbuk) 1 sendok mkn
Adas 5 butir
Air 2 cangkir
Campuran dididihkan selama 30 menit
Diambil airnya dengan disaring, diminum
Dewasa : 3 kali sehari 1/3 cangkir
Anak-anak : 3 kali sehari 1/6 cangkir
SARIAWAN
R/ Daun saga segar 2 genggam
Air 4 gelas
Daun saga dididihkan dengan air selama 30 menit
Disaring, diambil airnya
Diminum diwaktu siang hari sedikit-sedikit
sampai habis
R/ Daun sirih segar 1 sampai 2 lembar
Daun sirih dibersihkan, dikunyah perlahan-lahan, dibiarkan sebentar dalam mulut, dilelan, kemudian minum air masak yang masih hangat. Sehari dilakukan 3 kali
SAKIT PEGAL LINU
R/ Daun gandarusa segar 25 lembar
Kapur sirih 1 sendok the
Air secukupnya

Daun gandarusa ditumbuk halus bersama kapur sirih dan sedikit air. Kalau sakitnya keras dapat ditambah sedikit lada.
Dilumurkan pada bagian yang sakit, 2 kali sehari
PERUT MULAS KARENA ANGIN
R/ Daun sembung segar 4 lembar
Minyak kayu putih 1 sendok the
Air 1 gelas
Daun sembung dididihkan dg air selama 30 menit. Dibiarkan dingin dalam keadaan tertutup, disaring
Kedalam air rebusannya ditambahkan 1 sendok
minyak kayu putih dan dikocok
Diminum seperti minum teh
MENCRET/DIARE
R/ Minum Oralit
Jika diare tidak berhenti dapat minum :
R/ Daun jambu biji yang muda dan segar 1 genggam
Kulit batang pulasari dipotong halus 1 sdk the
Adas 5 butir
Air 2 cangkir
Campuran didihkan selama 30 menit, disaring
Diminum 2 kali sehari ½ cangkir
Jika belum sembuh segera ke puskesmas/Dokter
PELANCAR BUANG AIR BESAR
R/ Daun asam segar 1 genggam
Kunyit 1 jari
Air 1 gelas
Didihkan selama 5 menit, disaring
Diminum sekaligus
R/ Buah trengguli ¼ buah
Buah dikupas. Isinya yang spt selai kehitaman didihkan dg air secukupnya sehingga bijinya terlepas. Disaring, beningan diuapkan sampai kental, kmd dijemur 3-4 hari
Setiap kali minum ¼ buah trengguli
WASIR / AMBEIEN
R/ Daun Wungu/Handeulum segar 7 lembar
Air 2 gelas
Dididihkan selama 30 menit, disaring
Rebusan diminum 1 kali sehari selama 1 minggu
R/ Tumbuhan pegagan segar 5 tanaman
Air 2 cangkir
Dididihkan selama 10 menit
Diminum sedikit demi sedikit selama 1 hari
PELURUH AIR SENI
R/ Daun kumis kucing segar ¼ genggam
Daun tempuyung segar 2 lembar
Air 2 gelas
Dididihkan selama 30 menit, disaring
Diminum 2 kali sehari ½ gelas

PERATURAN PENGGUNAAN OBAT HERBAL SEBAGAI EVIDENCE BASED MEDICINE
Kriteria obat bahan alam SK Kepala Badan POM RI No HK 00.05.4.2411

Jamu : Khasiat berdasarkan empiris, tradisional, turun temurun, Standarisasi kandungan kimia belum dipersyaratkan
Obat Herbal Terstandar : Khasiat berdasarkan uji farmakologi dan uji toksisitas pada hewan, Standarisasi kandungan kimia bahan baku penyusun formula
Fitofarmaka : Khasiat berdasar uji farmakologi dan uji toksisitas pada hewan, serta uji klinis pada manusia, Standardisasi kandungan kimia bahan baku dan sediaan

BP2TOT (tawangmangu) → koperasi karyawan → pensuplai bahan baku ke industri
Logo lingkaran mempunyai makna keamanan

PERBEDAAN ANTARA OBAT KONVENSIONAL vs OBAT HERBA
OBAT KONVENSIONAL
Efek terapi tergantung dosis zat aktif yang pada umumnya tunggal
Bahan pengisi biasanya tidak berinteraksi sehingga tidak mempengaruhi efek
Bahan baku memiliki reprodusibilitas pengadaan yang baik

OBAT HERBA
Efek terapi bergantung dosis zat aktif yang bisa berupa campuran
Masih terkandung zat lain yang bisa berpengaruh pada efek terapi
Bahan baku memiliki komposisi kuantitas kandungan kimia yang sering berbeda

Kencur : etil parametoksi sinamat
Cabe jawa : piperin (aprodisiaka)
DOSIS ZAT AKTIF BERDASARKAN UJI KLINIS BAHAN
BAHAN ZAT AKTIF DOSIS ZAT AKTIF INDIKASI
Aloe Hidroksi antrakinon 10-30 mg/hr Laksansia
Cinnamon Sinamaldehid 50-200 mg/hr Karminatif
Plantago Arabinoksilan 0,75-2,5 g/hr Defekasi
Thymi Timol & karvakrol 120 mg 3x sehari Obat batuk
Andrographis Andrografolida 500 mg 4x sehari Antidiare
Mentha m. atsiri 0,3 ml 3x sehari Sakit perut
Kava-kava Kavapiron 60-120 mg/hr Sedativa
Sambucus Flavonoid ... 150 mg 3x sehari Diuretika
Orthosiphon Polimetoksi flavon 20 mg/hr Diuretika
Curcuma Kurkuminoid 160 mg/hr Dislipidemia
Yang dibesar-besarkan efek terapinya :
- VCO - Mahkota dewa - Buah merah - Mengkudu

fitoterapi bag 2

Jamu pegel linu – malam diminum, pagi hari baru terasa
Jamu diabetes baru kelihatan efeknya setelah lebih dari 2 mg minum obatnya secara teratur
Jamu pelangsing baru kelihatan efeknya setelah sebulan
Jamu penurun kolesterol baru terasa setelah minimal 1 bulan minum obatnya secara teratur
Jamu maag baru terasa kemanjurannya setelah 2 minggu
JANGAN INGUN CEPAT, SOALNYA DICAMPUR DENGAN BAHAN KIMIA OBAT (B.K.O.)
Heksametason, fenilbutazon/kortikosteroid → jamu pegel linu
Asetosal, parasetamol → obat masuk angin
Metil testosteron → obat stamina
Efek penambahan B.K.O. : menyebabkan arthtritis dan moonface

KOMBINASI EFEK KANDUNGAN KIMIA
1. EFEK KOMPLEMENTER
- Thymus vulgaris (herba thimi)
Minyak atsiri (timol, karvakrol, p. Simol)
• Anti mikroba dan ekspektoran/pengencer dahak
Flavon polimetoksi
• Spasmolitik : penekan batuk
- Guazuma ulmifolia (daun jati belanda)
Mucilago
• Mengembang di lambung, menekan nafsu makan
Tanin
• Menghambat absorbsi lemak
Alkaloid
• Menghambat enzim lipase
Fenol
• Antimikroba

Obat batuk biasanya terdiri dari
-amoxcicilin 250 mg → sebenarnya sudah cukup kuat
- bromhexil : ekspektoran
- kodein : menekan batuk
Dalam herba timi, ketiga fungsi diatas ada
Sekarang ini OBH dan OBP → pengganti herba timi
Herba timi untuk panas dalam (meriang) → dunia kedokteran ga ada
Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol

2. EFEK SINERGISME
- Ortosiphonis (kumis kucing)
Garam kalium
Flavonoid diuretika
Saponin sinergisme : saling menguatkan
Inositol
- Zingiber officinale (jahe)
Gingerol (zat pedas) →anti mual (rasa)
Minyak atsiri → anti mual (bau)
Sediaan jahe → cuman zat pedasnya saja yang digunakan
Gingerol (bukan komponen minyak atsiri)
Zingiberol dan Zingiberin : minyak atsiri

3. EFEK KONTRAINDIKASI
- Rheum palmatum (kelembak)
Antrakinon : laksansia
Tanin : anti diare
- Curcuma xanthorrhiza (temulawak)
Kurkuminoid : menurunkan kolesterol
Minyak atsiri : menambah nafsu makan
Just info : rokok siong → klobot jagung + kelembak + tembakau + kemenyan
Antrakinon → kurang polar
Tanin ada terhidrolisis maupun terkondensasi, semuanya polar

4. EFEK TIDAK BERKAITAN
- Aloe vera (lidah buaya)
Antrakinon : laksansia
Acemanan : penyembuh luka, anti radang, anti diabetes
Zat warna hitam : penyubur & penghitam rambut
- Morinda citrifolia (mengkudu)
Skopoletin : menurunkan tekanan darah
Morindin : laksansia
Xeronin : perbaikan sel yang rusak
Polisakarida : imunomodulator
bisa mengkorosi
Kalau membuat jamu sebaiknya memakai stainlessteel
Kalau ada asam → bisa memakan logam2, termasuk stainlessteel
Yang paling baik : dari tanah/periuk tapi mudah pecah

BERSIFAT HOLISTIK
(KOMBINASI EFEK DALAM RAMUAN)
R/ Seledri – melebarkan pembuluh darah (vasodilator)
Kumis kucing – melancarkan buang air (diuretika)
Biji pala – membuat enak tidur (sedatif)
Kencur – mengurangi rasa sakit (analgetik)

R/ Kencur – mengandung zat warna kuning yang menyegarkan, stabil, & tersuspensi rata dalam air asam
Asam – menstabilkan dan meratakan kurkumin
- menambah rasa

Orang hipertensi diberi analgetik juga karena sakit pada bagian belakang kepala
Pala : myristica
Kandungan : myristicin → fenol → fenilpropan → sedatif
Karena orang hipertensi susah tidur
Seledri dan kumis kucing : Bahan Aktif Utama berKhasiat (BAUK)
Biji pala dan kencur : Bahan Aktif Pendukung berKhasiat (BAPK)
Dapat ditambah dengan zat pendukung lain :
Kayu legi (Glyzzirhiza glabra) → corigen saporis
Tanaman asli china, tapi sudah diimport sejak nenek moyang :D
Mentha piperita → corigen odoris
Kayu secang → corigen coloris
Jahe → corigen saporis (pemberi rasa pedas)
Serai → corigen odoris
Kunir → corigen coloris
Biji kedawung (parkia) → corigen odoris (disangrai terlebih dahulu)
Botor (biji kecipir yang sudah tua) → corigen odoris (disangrai terlebih dahulu)

Kalau dijadikan sediaan farmasetis : kapsul, tablet, sirup, dll tidak perlu penambahan corigen
Fenol yang mengandung ikatan rangkap terkonjugasi → tidak stabil dalam bahan netral apalagi basa
Asam sebagai suspending agent
Minimal 2 jam setelah minum obat sintetik baru minum obat tradisional
Kunyit → kurkuminoid menghambat toksisitas parasetamol

Advance Effect of Traditional Drugs
Mengkudu bisa sebagai laksansia dan juga menurunkan tekanan darah
Pemilihan masing2 komponen harus melihat efek secara keseluruhan

fitoterapi bag 1

Supranatural : Magic
Agamis : Rukyah
Keterampilan fisik : pijat, tusuk jarum, sengat lebah, kompres, sangkal putung, bekam, kerokan
Obat tradisional : Jamu empirik, jamu/herbal terstandar, fitofarmaka
Sifat obat tradisional :
- Memiliki efek samping relatif kecil jika digunakan secara tepat
- Memiliki efek relatif lambat tetapi jelas manfaatnya
- Bersifat holistik/memiliki kombinasi efek dalam satu ramuan
- Lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan degeneratif
- Banyak yang bersifat promotif dan preventif
Yin (dingin) dan Yang (panas)
Kalau penyakitnya Yang (misal : demam) diobati dengan Yin
Kalau penyaakitnya Yin (misal : diabetes) diobati dengan Yang
yang mengandung minyak atsiri kebanyakan Yang
kalo labu siam, timun itu termasuk Yin
sekarang ada peraturan dari MenKes tentang scientifikasi jamu

EFEK SAMPING RELATIF KECIL JIKA DIGUNAKAN SECARA TEPAT
1.) Kebenaran Bahan
Daun Dewa Sambung Nyawa
Tumbuh tegak Tumbuh merambat
Tepi daun berombak Tepi daun bergerigi
Permukaan berbulu Tidak berbulu
Tidak untuk lalapan Bisa untuk lalapan
Untuk berbagai penyakit Mencegah kanker
Pada tanaman obat indonesia II
Sambung nyawa → Gynura procumbens
Daun dewa → Gynura pseudocina

Kunir putih (Curcuma zedoaria) Temu mangga (Curcuma mangga)
Bentuk spt kunyit, dgn bulatan akar Bentuk spt kunyit, dgn bulatan akar
Warna bagian dalam kekuningan Warna bagian dalam kekuningan
Bau & rasa agak pahit Bau mangga, agak pahit
Jika dikonsumsi segar terjadi pembengkakan lambung Jika dikonsumsi segar aman
Sebagai anti kanker Sebagai anti kanker
Lempuyang
Emprit (Zingiber americans) Gajah (Zingiber zerumbet) Wangi (Zingiber aromaticum)
Kecil Besar Sedang
Patahan kuning Kuning Putih
Pahit Pahit Tidak pahit
Pemacu nafsu makan Pemacu nafsu makan Pelangsing
2.) Ketepatan Takaran/Dosis
Ketimun > 2 buah besar tekanan darah drop, pingsan
Seledri > 400 g
Gambir (tanin) > 1 ibu jari → diare berhenti tetapi bisa konstipasi (sulit BAB)
Keji beling > 8 lembar → iritasi ginjal
Meniran > 1 genggam → iritasi ginjal
Telur-Madu-Jahe berlebihan → diabetes
Keji beling (mngandung garam silikat) 7 g → ga bole lbh dari 20% → menyebabkan sulit diekskresi

3.) Ketepatan Waktu Penggunaan
JAMU Cabe Puyang
- Tahun 80-an di RS Sardjito Yk
- Ibu-ibu hamil peminum cabe puyang mengalami kesulitan persalinan diteliti di lab memang menghambat kontraksi
- Jika diminum di awal masa kehamilan, otot uterus kokoh, resiko keguguran kecil
- Jika diminum terus sampai akhir masa kehamilan, otot uterus sulit kontraksi, kesulitan persalinan
JAMU Kunir Asem (kental)
Kebalikannya, mudah keguguran saat diminum pada awal kehamilan


4.) Ketepatan Cara Penggunaan
Daun Kecubung
- Berkhasiat antiasma/melonggarkan pernafasan
- Cara penggunaan tradisional dgn dikeringkan dan diserbuk u/ bumbu rokok, dihisap
- Daun segar dilumatkan dan ditempelkan di pipi untuk mengurangi sakit gigi
- Jika diseduh dan diminum akan keracunan dengan gejala mata membelalak/midriasis
- Jika disalahgunakan untuk mabuk sangat berbahaya, bisa menimbulkan kematian
Buah Lerak
- Berkhasiat sbg encok/rematik
- 5 buah direndam dalam gelas berisi air selama semalam, airnya untuk menggosok atau mengurut bagian yang sakit
- Jika diminum akan menyebabkan sakit perut dan diare
- Mengandung zat saponin yang berbuih seperti sabun
- Tradisional : untuk mencuci batik

5.) Ketepatan Susunan Ramuan
Ramuan berisi bahan dengan efek berlawanan (langsung ditolak badan POM)
R/ Seledri (penurun tekanan darah)
Biji kola (menaikkan tekanan darah)
R/ Daun sena/selamagi (memacu BAB)
Daun salam (anti diare)
R/ Daun jati belanda (pelangsing)
Temu hitam (memacu nafsu makan)

6.) Ketepatan Bahan/Ramuan dengan tujuan Pengobatan
Daun tapak dara
- Vinblastin indol → menurunkan leukosit
Vinkristin
- Dapat menurunkan kadar sel darah putih/leukosit
- Fungsi sel darah putih sebagai pertahanan tubuh terganggu, rentan terhadap penyakit
- Daun tapak dara hanya untuk ramuan anti kanker saja seharusnya, tidak tepat untuk diabetes, antihepatitis, dll
Daun komfrei
- Bersifat racun terhadap hati/hepar, hanya untuk obat luar karena hepatotoksik
- Komfrei termasuk Negative List of Ingredients → dalam POM

SALEP

SALEP
FI III : sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
FI IV : sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput
Formulasi Umum
R/ Zat Aktif
Zat tambahan
Basis
zat tambahan
1. Preservative
Preservatif/ pengawet ditambahkan pada sediaan semipadat untuk mencegah kontaminasi, perusakan dan pembusukan oleh bakteri atau fungi karena banyak basis salep yang merupakan substrat mikroorganisme. Pemilihan bahan pengawet harus memperhatabilitasnya terhadap komponen bahan yang ada dan terhadap wadah serta pengaruhnya terhadap kulit dan aplikasi.
Sifat preservatif yang ideal:
- Efektif pada konsentrasi rendah
- Larut pada konsentrasi yang diperlukan
- Tidak toksik
- Tidak mengiritasi pada konsentrasi yang digunakan
- Kompatibel dengan komponen bahan dalam formulasi dan dengan wadah
- tidak berbau dan berwarna
- stabil pada spektrum yang luas
- stabil
contoh pengawet yang digunakan: senyawa-senyawa amonium kuarterner ( cetiltrimetil amonium bromida) , senyawa-senyawa merkuri organik (thimerosal) , formaldehid, asam sorbit/kalium sorbat, asam benzoat/ natrium benzoat, paraben (metil/propil), dan alkohol-alkohol.

2. Softener
Contoh parafin cair

3. Stiffener/ thickening agent (bahan pengental)
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental ( meningkatkan viskositas ) sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya. Bahan-bahan yang umum ditambahkan sebagai pengental yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari alam ( natural polimer ) seperti agar, selulosa, tragakan, pektin, natrium alginat; polimer semisintetik seperti metil selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta polimer sintetik seperti karbopol ( karbomer, karboksipolimetilen)

4. Levigating agent
Levigating agent digunakan untuk membasahi serbuk dan menggabungkan serbuk yang telah terbasahi dengan basis salep. Contoh minyak mineral

5. Antioksidan
Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila dierkirakan terjadi kerusakan basis karena terjadinya oksidasi. Sistem antioksidan ditentukan oleh komponen formulasi dan pemilihannya tergantung pada beberapa faktor seperti toksisitas, potensi, kompatibel, bau, kelarutan, stabilitas dan iritasi. Sering kali digunakan dua antioksidan untuk mendapatkan efek sinergis.
Contoh antioksidan yang sering ditambahkan: Butylated Hydroxyanisole ( BHA ), Butylated Hydroxytoluene (BHT), Propyl gallate, dan Nordihydroguaiaretic acid
( NCGA)
6. Enhancer
a. Surfaktan
Surfaktan dibutuhkan sebagai emulsifying untuk membentuk sistem o/w atau w/o, sebagai bahan pengsuspensi, thickening, cleansing, penambah kelarutan, pembasah dan bahan pemflokulasi. Surfaktan yang biasa digunakan yaitu surfaktan nonionik ( contoh ester polioksietilen), kationik ( benzalkonium klorida) atau anionik (contoh natrium dodesil sulfat). Surfaktan yang dibutuhkan dalam sediaan semi padat tergantung pada tipe dari sediaan tersebut misal krim, ointment, lotion dan lainnya. Fungsi surfaktan ini tergantung nilai HLB (Hidrophyle-lipophyle balance). Surfaktan dengan HLB tinggi bersifat hidrofil, sementara itu surfaktan dengan HLB rendah bersifat lipofil.
b. Organic solvent
Digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan. Bahan-bahan seperti steril, miristil dan lauril alkohol yang merupakan surface active, dapat digunakan untuk membantu pencampuran bagian hidrofobik dan hidrofilik dalam suatu formula sehingga terbentuk suatu struktur yang homogen dari sediaan semipadat dengan konsistensi tertentu. Senyawa-senyawa hidrofilik seperti bentonit, veegum, PEG, juga dapat digunakan sebagai bahan pembentuk matrik.
7. Humectant
Material-material seperti gliserin, propilen glikol, polietileni glikol BM rendah, dan sorbitol mempunyai tendensi berikatan dengan air, sehingga dapat mencegah hilangnya air dari, penyusutan wadah ( shrinkage ) air dari produk / sediaan. Senyawa-senyawa ini dapat juga berfungsi untuk memudahkan aplikasi sediaan pada kulit, melunakkan/melembutkan kulit, dan mencegah roll effect.
Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :
1. basis hidrokarbon,
2. basis absorpsi (basis serap),
3. basis yang dapat dicuci dengan air, dan
4. basis larut dalam air.
Basis salep yang lain seperti basis lemak dan minyak lemak serta basis silikon. Setiap salep obat menggunakan salah satu basis salep tersebut
 Basis hidrokarbon
1. sifat inert
2. umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi (Petrolatum) yang memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat juga dimodifikasi dengan wax atau senyawa turunan minyak bumi yang cair (Liquid Petrolatum)
3. Basis ini digolongkan sebagai basis berminyak bersama dengan basis salep yang terbuat dari minyak nabati atau hewani
4. Sifat minyak yang dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit.
5. Sifat minyak yang hampir anhidrat juga menguntungkan karena memberikan kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti antibiotik.
6. Basis ini juga hanya menyerap atau mengabsorbsi sedikit air dari formulasi serta menghambat hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan membentuk lapisan film yang waterproff.
7. Basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga memiliki sifat moisturizer dan emollient.
8. Selain mempertahankan kadar air, basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit (horny layer) dan hal ini dapat meningkatkan absorbsi dari zat aktif secara perkutan. Hal ini terbukti dengan mengukur peningkatan efek vasokonstriksi pada pemberian steroid secara topikal dengan basis hidrokarbon.
Kerugian Basis Hidrokarbon
• sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
• Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
Beberapa contoh kandungan basis hidrokarbon
1. Soft Paraffin
• Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari minyak bumi
• Jenis sof paraffin yaitu : Berwarna kuning digunakan untuk zat aktif yang berwarna. Dan berwarna putih (melalui proses pemutihan) digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna, berwarna putih, atau berwarna pucat.
Proses pemutihan menyebabkan sebagian pasien sensitif terhadap soft paraffin yang berwarna putih
2. Hard Paraffin
• merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang diperoleh dari minyak bumi.
• Sifat fisik :
- tidak berwarna s/d berwarna putih,
- tidak berbau,
- memiliki tekstur berminyak seperti wax, dan
- memiliki struktur kristalin.
• Hard paraffin biasanya digunakan untuk memadatkan basis salep.
3.Liquid Paraffin
• merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi. Umumnya transparan dan tidak berbau.
• mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan antioksidan seperti Butil hidroksi toluene (BHT).
• digunakan untuk menghaluskan basis salep dan mengurangi viskositas sediaan krim.
• jika dicampur dengan 5% low density polietilen, lalu dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat, akan menghasilkan massa gel yang mampu mempertahankan konsistensinya dalam rentang suhu yang cukup luas (-15oC hingga 60oC).
• stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah digunakan, mudah disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah dibersihkan.
 Basis salep serap
• Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini juga dapat berupa bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan menyerap kelebihan air.
Sumber Basis
• Pada umumnya bahan-bahan tersebut merupakan campuran dari sterol-sterol binatang atau zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar seperti sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil atau suatu ikatan ester.
• Contoh : Lanolin, ester lanolin, campuran steroid dan triterpene alkohol dll
Tipe basis serap
• tipe 1 : dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak. Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.
• tipe 2: emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.
Anhydrous Lanolin
• Sinonim : Wool Fat USP XVI; Adeps Lanae
• Pemerian : Lanolin anhidrat berwarna kuning pucat, lengket, berupa bahan seperti lemak, dengan bau yang khas dan mencair pada suhu 38-44 oC. Lanolin anhidrat cair berwarna jernih atau hampir jernih berupa cairan berwarna kuning. Anhydrous lanolin atau lanolin anhidrat merupakan lanolin yang mengandung air tidak lebih dari 0.25%.
• Kelarutan: Lanolin anhidrat tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam air dengan jumlah dua kali berat lanolin, sedikit larut dalam etanol (95%) dingin, lebih larut dalam etanol (95%) panas dan sangat larut dalam eter, benzene, dan kloroform.
• Kestabilan dan Syarat Penyimpanan: Lanolin dapat mengalami autooksidasi selama dalam penyimpanan.
LANOLIN
• Sinonim : Hydrous Wool Fat, Adeps lanae cum aqua
• Pemerian: Lanolin berbentuk setengah padat, seperti lemak diperolah dari bulu domba (Ovis aries) merupakan emulsi air dalam minyak yang mengandung air antara 25% sampai 30%. Berwarna kuning dengan bau yang khas. Jika dipanaskan, lanolin akan terpisah menjadi dua bagian, dimana bagian atas merupakan minyak dan bagian bawah berupa air.
• Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform atau eter dengan pemisahan bagian airnya akibat hidrasi.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
• Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
• Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air.
 Basis yang dapat dicuci dengan air yakni basis miyak dalam air
• Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu atau lebih alkohol BM tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol.
• Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi tersebut dalam bentuk sabun, contohnya trietanolamin stearat. Pemberian asam stearat dalam jumlah yang berlebihan dalam formulasi akan menghasilkan salep yang mengkilap seperti mutiara.
• Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan air dalam keseluruhan formulasi
• Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
1. bahan pengawet : metilparaben, propilparaben, benzil alkohol, dan asam sorbat
2. humektan : gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol.
3. emulsifier (biasanya menjadi bagian yg paling banyak), bisa non-ionik, kationik, anionik, atau amfoter. juga terdiri dari komponen yg larut dalam air, stabilizer, pengontrol pH, atau bahan lain yang berhubungan dgn sistem cair.
 Basis Larut air
Sifat basis larut air:
- Larut dalam air
- Dapat dicuci
- Tidak berminyak
- Bebas lipid
- Tidak mengiritasi
Komponen utama : polietilen glikol
HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH (ada gugus polar dan ikatan eter yang banyak)
Jenis-jenis salep
a) White ointment
b) Hidrofilik petrolatum
c) Cold cream
d) Hidrofilik ointment
e) PEG ointment

WHITE OINTMENT
Devinisi
White ointment adala salep putih. Merupakan dasar salep hidrokarbon (dasar bersifat lemak) bebas air. Dipakai terutama untuk efel emolien. Dasar salep ini bertahan pada kulit untuk waktu yang lama, bersifat lembab dan sukar dicuci. Kerjanya sebagai bahan penutup saja, tidak mengering atau tidak mengalami perubahan dalam waktu yang cukup lama.
( Ansel, 1989 )
Resep
White Ointment, USP
( dalam gram )
R/ White Wax 50 g
White Petrolatum 950 g (mineral oil/ liquid petrolatum eter)

( dalam persen )
R/ Lilin Putih 5 % (lilin lebah putih yang dimurnikan)
Petrolatum Putih 95 %
( Ansel, 1989 )
Identitas Bahan

1. White Wax ( Lilin Putih )
Merupakan komponen dari petrolatum hidrofilik yang memiliki kemampuan mengabsorbsi air dengan memebentuk emulsi air dalam minyak.
( Ansel, 1989)
Khasiat: menjaga konsistensi salep (agar tidak cepat memisah)

2. White Petrolatum ( Petrolatum Putih / Vaselin putih )
Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat, diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan warnaya. Dapat mengandung stabilisator yang sesuai.
Pemerian. Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0 ° .
Kelarutan. Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol dingin ayau panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida, dalam kloroform; larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyajk lemak.
( Farmakope Indonesia IV, 1995 )
Khasiat: Basis

Cara Pembuatan

Cara Pembuatan salep secara umum:
1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan no.100.
3. Zat yang mudah larut dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung /menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
4. Bila bahan dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk konstan sampai dingin.
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
( Anief, 2000 )
Cara pembuatan white ointmen:
Timbang bahan, kemudian leburkan bahan yang padat / setengah padat dicawan porselen aduk dengan konstan sampai dingin dan mengental.Tambahkan bahan – bahan lain jika ada. Homogenisasi semua bahan dengan cara diaduk.

Petrolatum Hidrofilik (USP XX)
R/
Kolesterol 30
Stearil alkohol 30
Malam putih 80
Vaselin putih 860
Kolesterol berfungsi sebagai pembantu dasar salep untuk menyerap air atau cairan obat dalam air dan terbentuk krim A/M emulsi dan dasar salep sukar dihilangkan dari kulit oleh air
Stearil alkohol berfungsi sebagai pembantu pengemulsi dan emolien dalam krim.
Malam putih dan vaselin putih sebagai basis
Cara pembuatan :
Lelehkan/lebur secara bersama-sama stearil alkohol, White Petrolatum, dan white wax di atas water bath. Kemudian tambahkan kolesterol sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen dan dingin dan membentuk masa salep. Petrolatum hidrofilik dapat mengabsorbsi jumlah air yang banyak dengan membentuk emulsi air dalam minyak.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi:
Hydrophilic petrolatum digunakan sebagai pelindung dan penyerap air pada basis salep. Hydrophilic petrolatum ini akan mengabsorbsi jumlah air yang besar dengan membentuk campuran air dalam minyak.

Cold cream
Cold cream (krim pendingin) merupakan emulsi air dalam minyak, setengah padat, putih, dibuat dengan cetyl ester wax (lilin setil ester), white wax (lilin putih), mineral oil (minyak mineral), natrium borat, purified water (air murni). natrium borat dicampur dengan asam lemak bebas yang ada dalam lilin-lilin membentuk sabun natrium yang bekerja sebagai zat pengemulsi. Krim pendingin digunakan sebagai emolien dan dasar salep. (Ansel, 1989)
Cold cream suatu bentuk emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan cera alba, cetaceum dan Oleum Amygdalarum ditambah larutan Boraks dalam air panas, diaduk sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan digunakan sebagai pendingin, pelunak, dan bahan pembawa obat.(Anief,1997)
Resep standard :
R/ cetyl ester wax 125
white wax 120
mineral oil 560
sodium borat 5
purified water 190

Pemerian bahan :
1. Cetyl Ester wax
Khasiat : sebagai basis lemak
2. White wax
Khasiat : sebagai zat tambahan, sebagai basis menjaga agar bias melekat dan kontak lebih lama dengan kulit.
3. Mineral Oil (Paraffinum Liquium)
Paraffin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral; sehingga zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj.
Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi; tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunya rasa.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat dan penggunaan Laksativum, emulgator.
(FI III hal 474-475)
4. Sodium Borat
Khasiat : sebagai zat aktif yang berefek sebagai ????
5. Purified water (Aqudest)
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan cara destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung tambahan lain.
Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Khasiat : sebagai pelarut
( FI IV hal 112)
Cara Kerja

Menimbang semua bahan

Melelehkan semua bahan-bahan yang berbentuk padat di atas cawan porselen, aduk ad homogen

Memindahkan ke mortir hangat

Menambahkan purified water, aduk ad homogen, tunggu dingin

Menambahkan sodium borat, aduk ad homogen
HIDROFILIK OINTMENT (salep hidrofilik)
R/ Metil paraben 0,25 % (FA)
Propil paraben 0,15%(FA)
Natrium Lauril Sulfat 10,00% (FA)
Propilen glikol 120,00%(FA)
Stearil Alkohol 250,00%(FM)
Vaselin Putih 250,00%(FM)
Air Murni 370,00%(FA)
Cara Pembuatan :
Tambahkan fase air (FA)pada suhu 80 derajat ke fase minyak (FM), juga dengan suhu 80 derajat.
Dinginkan sambil dikocok sampai diperoleh suhu tepat di atas titik beku.
Fungsi dan Kegunaan masing-masing bahan :
1. Metil paraben (Depkes RI, 1995)
Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C8H8O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
• Nama Resmi : Methylis Parabenum
• Nama lain : Nipagin
• Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
• Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam ethanol dan dalam eter.
• Penggunaan : Pengawet.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Keterangan tambahan:
Metil paraben ( Handbook of Pharmaceutical excipients, hal 310, FI IV hal 551)
• Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau
• Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam air panas
• Kegunaan : Antimikroba/pengawet
• Stabilitas : Larutan metil paraben stabil pada pH 3 – 6, disterilisasikan oleh otoklaf 120ºC selama 20 menit tanpa terjadi peruraian. Dalam bentuk larutan stabil pada pH 3 – 6 (terurai kurang dari 10%) untuk penyimpanan lebih dari 4 tahun
• OTT : Surfaktan anionik, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan
• Sterilisasi : Otoklaf
• Wadah : Wadah tertutup baik ditempat yang dingin dan kering
• Konsentrasi : 0,065 % - 0,25 % ( i.v)
• Bobot molekul : 152,15
• Rumus Struktur : C8H8O3

2. Propil paraben (Depkes RI, 1995)
Propil Paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C10H12O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
• Nama Resmi : Prophylis Parabenum
• Nama lain : NipasolPemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; muda larut dalam ethanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air mendidih.
• Penggunaan: Pengawet.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Keterangan tambahan:
Propil paraben Propil Paraben (FI IV hal 713, eksipien hal 411)
• Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.
• Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, mudah larut dalam propilen glikol.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
• OTT : aktvitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan nonionis.
• Stabilitas : Propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan otoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu kamar selama empat tahun lebih.
• Konsentrasi : 0,005% - 0,2%
• Sterilisasi : otoklaf
• Kegunaan : antimikroba (pengawet)
3. Natrium Lauril Sulfat
Surfaktan dalam fase cair.
4. Propilen glikol
Propilen glikol adalah propana-1,2-diol dengan rumus molekul C3H8O2 dan berat molekul 76,10. Struktur kimia propilen glikol dapat dilihat pada gambar.

CH3 – CH (OH) – CH2OH
Struktur Propana-1, 2-diol (Depkes RI, 1995)

Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopik. Propilen glikol dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak (Depkes RI,1979).
Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba,disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Sebagai pelarut atau kosolven, propilen glikol digunakan dalam konsentrasi 10-30% larutan aerosol, 10-25% larutan oral, 10-60% larutan parenteral dan 0-80% larutan topikal. Propilen glikol digunakan secara luas dalam
formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi atau teknologi farmasi, Propilen glikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstrak dan pengawet makanan dalam berbagai sediaan farmasi parenteral dan non parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut yang baik dan dapat melarutkan berbagai macam senyawa, seperti kortikosteroid, fenol, obat-obat sulfa, barbiturat, vitamin (A dan D), kebanyakan alkaloid dan berbagai anastetik lokal (Rowe dkk, 2003)

5. Stearil Alkohol: Pengawet,
6. Vaselin Putih: Emulgator, sebagai basis/pembawa.
7. Air Murni: pembawa, sebagai fase cair

Salep Polietilen glikol (Topikal Ointment)
R/ PEG 3350 400 g
PEG 400 600 g
Adalah dasar salep yang dapat larut dalam air, dibuat dengan peleburan (Anief,2000). PEG adalah polimer dari etilenoksida dan air ditunjukan rumus HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH. Panjang rantai dapat berbeda-beda untuk mendapatkan polimer yang mempunyai viskositas bentuk fisik (cair, padat atau setengah padat) yang diinginkan (Ansel, 1989).
Formula resmi basis ini memerlukan kombinasi 400 g Plietilen glikol (PEG) 3350 (padat) dan polietilenglikol 400 (cair) untuk membuat 1000 g dasar salep. Akan tetapi bila diperlukan zat yang lebih baik lagi, formula dapat diubah lagi untuk memungkinkan bagian yang sama anatara kedua bahan. Jika 6 – 25% dari larutan berair dicampurkan ke dalam dasar salep, penggantian 50 g PEG 3350 dengan sejumlah alkohol stearat berguna untuk membuat produk akhir lebih padat dalam jumlah yang sama banyak (Ansel,1989).
Contoh :
Mupirocin Ointment USP, 2%
[(E)-(2S,3R,4R,5S)-5-[(2S,3S,4S,5S)-2,3-Epoxy-5-hydroxy-4-methylhexyl]tetrahydro-3,4-dihydroxy-β-methyl-2 H-pyran-2-crotonic acid, ester with 9-hydroxynonanoic acid]
Rumus Molekul : C26H44O9, BM 500.63
Bahan aktif :
Tiap gram mengandung 20 mg mupirocin dengan basis larut air (polyethylene glycol ointment, N.F.) yaitu polyethylene glycol 400 and polyethylene glycol 3350.
Efek : Antibiotik

KONTROL KUALITAS SALEP
1. Pemeriksaan kestabilan fisik,
2. Sediaan salep diamati secara organoleptis untuk mengetahui homogenitas, warna dan bau setiap minggu selama delapan minggu pada suhu kamar.
3. Uji pelepasan obat, sesuai kadar obatnya
4. Uji proteksi(warna)
5. Uji daya lekat
6. Uji menyebar
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh., 1993, Farmasetika, Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Anonim ,1979, Farmakope Indonesia ed. III, Depkes RI : Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Ansel, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.
Ansel, Howard C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press : Jakarta
Lachman, Leon; Leiberman, Herbert A.; Kanig, Joseph L. diterjemahkan oleh Sri Suyatmi. 1994. Teori dan Praktek Industri.Jakarta: UI Press.
Rowe dkk, 2003. Widyaningsih, Linda. 2009.Pengaruh Penambahan Propilen Glikol terhadap Kelarutan Asam Mefenamat. Skripsi.Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/3381/1/K100040237.pdf. 31 Maret 2010.
Sulaiman,T.N.S dan Rina Kuswahyuning, 2008, Sediaan Cair Semi Padat, Laboratorium Teknologi Formulasi Fakultas Farmasi Gadjah Mada University, Yogyakarta.