Senin, 16 Agustus 2010

sabun

laporan praktikum

SABUN

A. DASAR TEORI
Sabun adalah salah satu jenis deterjen yang bisa membersihkan kotoran berminyak dan menjadi bagian dari kelompok yang disebut surfaktan. Sabun yang dimaksud disini adalah produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih paling tua, sudah sejak berabad-abad yang silam.
Umumnya masyarakat berpendapat sabun dan deterjen merupakan hal yang berbeda, bahkan banyak yang mengatakan bahwa sabun adalah lawan dari deterjen. Berbeda dengan pendapat ahli kimia, sabun atau berbagai macam sediaan pembersih kulit modern, baik berbentuk batang(bar), cair(liquid), atau bubuk(powder), adalah deterjen.
Sabun dapat menimbulkan iritasi dan alergi pada kulit akibat efek dari sejumlah daya kerjanya, antara lain :
1. alkalisasi, yaitu akibat terurainya sabun dalam air sehingga menyebabkan pH sabun lebih besar dari pH fisiologi kulit yang berkisar 4,5-6,5 sehingga dapat merusak kulit. Misalnya, pembengkakan keratin yang memudahkan masuknya bakteri dan kulit dapat menjadi kering dan pecah-pecah.
2. pembengkakan keratin kulit, yaitu akibat penyerapan surfaktan oleh keratin kulit karena perbedaan pH yang jauh dari isoelektrik keratin kulit sekitar pH 5. Walaupun hal ini tidak berbahaya tetapi pembengkakan keratin menyebabkan lapisan stratum corneum melunak dan bahan-bahan asing seperti bakteri mudah memasukinya.
3. pengurangan minyak kulit (degreasing), meskipun pembuangan sebagian minyak dan kotoran adalah tujuan dari pembersihan kulit, namun bila terlalu banyak minyak yang terbuang maka kulit akan kering.
4. absorbsi sabun oleh keratin kulit sehingga akan membentuk suatu lapisan tipis pada sel-sel tanduk tersebut, kemudian menghalangi masuknya bahan-bahan yang diperlukan oleh kulit, misalnya kosmetik pelembab kulit sehingga kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
5. Iritasi oleh molekul-molekul asam atau ion-ion, misalnya sabun yang terbuat dari minyak kelapa (mengandung C12) lebih iritatif dari sabun yang terbuat dari lemak hewan (mengandung C14). Asam oleat lebih iritatif dibanding asam stearat.
6. pengendapan sabun kalsium, garam kalsium dan magnesium dari asam lemah tinggi tidak larut dalam air. Penggunaan sabun demikian dapat mmenyebabkan pembentukan endapan berlendir di permukaan kulit.

B. RESEP
Minyak kelapa/VCO 32,5 ml
NaOH 7 g
Aquadest 10 ml
Stearil acid 2,5 ml
Minyak zaitun 2,5 ml
Sitrat acid 2,5 ml
Na EDTA 0,057 g
Infusa Daun Sirih
Minyak lavender q.s
Klorofil q.s

C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Alat gelas
Penangas air
Cetakan
Bahan :
Minyak kelapa/VCO
NaOH
Aquadest
Stearil acid
Minyak zaitun
Sitrat acid
Na EDTA
Infusa Daun Sirih
Minyak Green Tea
Klorofil


D. CARA KERJA
Larutkan NaOH dalam air yang telah diukur (1)

Sambil diaduk, panaskan minyak kelapa, minyak zaitun, asam stearat, infusa daun sirih dalam gelas beker (2)

Tuang (1) dalam (2), sedikit demi sedikit sambil diaduk

Setelah agak kental, tambahkan klorofil dan minyak lavender

Tuang dalam cetakan

Biarkan dingin

E. CARA ANALISIS
• Catat warna, bau, dan karakteristik lain
• Tes pH : campur lebih kurang 1g sabun dalam air dan ukur pHnya







F. HASIL
24/9 8/10 13/10
Warna : hijau muda
Bau : green tea
Konsistensi : agak lunak
Permukaan tidak rata, minyak memisah (kering)
Dicobakan pada kulit, kulit menjadi merah dan gatal
pH : 10
Warna : hijau muda
Bau : green tea tetap
Konsistensi : agak keras
Permukaan tidak rata, minyak memisah (kering)
Warna : hijau muda
Bau : green tea tetap
Konsistensi : keras
Permukaan tidak rata, minyak memisah (kering)


G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan membuat sediaan kosmetika modern yaitu sabun serta analisa produk dengan pengamatan morfologi dan mengukur pH sabun yang dihasilkan.
Bahan dasar dalam pembuatan sabun antara lain:
1. Minyak kelapa/VCO merupakan surfactant agent yang merupakan bahan terpenting dalam pembuatan sabun, selain itu cocobut oil juga digunakan untuk melembabkan kulit. Minyak kelapa sebagai agen lipofil yang nantinya bertugas mengikat kotoran, debu, dan sebagainya yang berikatan pada minyak tubuh pada kulit, selain itu minyak kelapa juga berguna untuk menghaluskan kulit serta melembabkan kulit yang kering.
2. NaOH adalah basa yang merupakan bahan dasar sabun dan membentuk reaksi saponifikasi dengan lemak dan minyak. NaOH sebagai pembentuk surfaktan antara kotoran pada kulit dengan air, sehingga nantinya kotoran bisa terbilas sehingga kulit menjadi bersih.
3. Aquadest, sebagai pelarut bahan.
4. Stearil acid berfungsi sebagai penetral agar sabun tidak terlalu basa.
5. Minyak zaitun sebagai cleansing and moisturizing skin.
6. Sitrat acid berfungsi sebagai penetral agar sabun tidak terlalu basa
7. Na EDTA digunakan sebagai zat kelat yang dapat mengangkat kotoran dan minyak yang melekat pada kulit sehingga kulit terasa lebih bersih.
8. Infusa Daun Sirih sebagai zat aktif yang dikenal memiliki aktivitas antiseptik
9. Minyak lavender digunakan sebagai corigen odoris untuk menutupi bau-bau dari campuran bahan, selain itu minyak lavender mempunyai khasiat sebagai antioksidan.
10. Klorofil digunakan sebagai corigen coloris untuk memberi warna pada sabun, sehingga terlihat lebih menarik.
Dalam proses pembuatannya tidak ditemukan kendala yang berarti, hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang cukup sederhana. Proses pembuatan diawali dengan melarutkan NaOH dalam aquades yang telah diukur (1). Sambil diaduk, dipanaskan minyak kelapa, minyak zaitun dalam gelas beker di atas penangas air hingga mendidih sambil terus diaduk agar pemanasannya merata. Proses pemanasan minyak inilah yang disebut proses saponifikasi. Kemudian kedalam minyak tadi ditambahkan asam stearat dan infusa daun sirih sambil terus diaduk (2). Penambahan asam stearat berfungsi untuk menetralkan, agar pH sabun menjadi netral sehingga dalam penggunaannya tidak menimbulkan rasa gatal di kulit bila memakainya. Kemudian larutan 1 dituang dalam larutan 2, sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk hingga terjadi proses penyabunan sempurna. Terakhir ditambahkan Na EDTA dan diaduk hingga homogen. Penambahan bahan tambahan berupa minyak green tea dan klorofil dilakukan setelah campuran homogen. Setelah semua bahan telah dimasukkan, maka dipersiapkan cetakan, untuk cetakan disesuaikan selera. Sabun yang masih cair dimasukkan dalam cetakan lalu ditunggu sampai dingin dan mengeras, baru dikeluarkan dari cetakan tersebut.
Sabun yang dihasilkan berwarna hijau muda dengan aroma green tea menyegarkan. Memiliki konsistensi agak lunak. Permukaan sabun tidak rata, selain itu minyak memisah, sehingga permukaan menjadi kering. Hal ini disebabkan pada saat pencetakan sabun sudah agak dingin selain itu proses saponifikasi yang tidak sempurna menjadikan minyak tidak campur. Kemudian dilakukan pengukuran pH, dengan cara melarutkan sedikit sabun dalam air secukupnya dan menukurnya dengan kertas lakmus. pH yang terukur dari sabun sebesar 8, agak basa. Ketika dicobakan pada kulit, setelah beberapa saat kulit menjadi gatal, perih dan merah. Reaksi iritatif tersebut selain disebabkan oleh pH yang terlalu basa juga dikarenakan alkali laurat dari minyak kelapa juga bersifat iritatif. Alkali laurat dari minyak kelapa dihasilkan bila bereaksi dengan NaOH, maka untuk pembuatan sabun selanjutnya perlu dibuat suatu optimasi formulasi sehingga sabun yang dihasilkan lebih baik. Pada pengamatan minggu ketiga dan keempat tidak terjadi perubahan warna dan bau maupun bentuk, namun terjadi perubahan konsistensi. Dari minggu ke minggu konsistensi sabun makin mengeras. Namun kekerasan pada sabun masih dapat dianggap normal dengan kata lain sabun masih dapat digunakan dan menghasilkan busa saat sabun digunakan.

H. KESIMPULAN
1. Sabun yang dibuat menggunakan bahan aktif infusa daun sirih yang mempunyai aktifitas sebagai antiseptik.
2. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun meliputi: Minyak kelapa/VCO, NaOH, Aquadest, Stearil acid, Minyak zaitun, Sitrat acid, Na EDTA, Minyak lavender, dan Klorofil
3. Sabun yang dihasilkan berwarna hijau muda dengan aroma lavender yang menyegarkan. Memiliki konsistensi agak lunak. Permukaan sabun tidak rata, selain itu minyak memisah, sehingga permukaan menjadi kering
4. Sabun yang dihasilkan memiliki pH sebesar 8, agak basa. Ketika dicobakan pada kulit, setelah beberapa saat kulit menjadi gatal, perih dan merah. Reaksi iritatif tersebut selain disebabkan oleh pH yang terlalu basa juga dikarenakan alkali laurat dari minyak kelapa juga bersifat iritatif. Alkali laurat dari minyak kelapa dihasilkan bila bereaksi dengan NaOH.
5. Setelah penyimpanan tidak terjadi perubahan warna dan bau maupun bentuk, namun terjadi perubahan konsistensi. Dari minggu ke minggu konsistensi sabun makin mengeras. Namun kekerasan pada sabun masih dapat dianggap normal dengan kata lain sabun masih dapat digunakan dan menghasilkan busa saat sabun digunakan.

I. SARAN
1. Perlu dibuat suatu optimasi formulasi sehingga sabun yang dihasilkan lebih baik.
2. Perlu adanya pengetahuan lebih mendalam tentang proses pembuatan, bahan baku, serta pengetahuan-pengetahuan lain yang mendukung dalam pembuatan sabun.
3. Perlu dicari bahan aktif alami lain yang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan sabun dan kegunaan lain sabun selain sebagai antiseptik

J. DAFTAR PUSTAKA
Tranggono, R.I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Wasiatmaja, SM, 1997, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik Medik, UI Press, Jakarta

2 komentar:

ayo tulis komentar donk