ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF DARI BAKTERI OSCOLLATORIA SPONGELIA YANG BERSIMBIOSIS DENGAN DYSIDEA HERBACEA
Hubungan antara spons dan bakteri simbion
Semua mikroorganisme yang ditemukan berasosiasi dalam sponge host didefinisikan sebagai asosiasi mikroorganisme. Mikroba-mikroba ini dalam waktu yang bersamaan ada didalam sponge yaitu mikroba yang tumbuh secara permanen di dalamnya. Jadi, istilah simbion ini digunakan untuk mikroorganisme yang selalu ditemukan dalam asosiasinya pada hosting spesies yang sama, tetapi tidak berarti bahwa simbion tersebut secara khusus hanya ada dalam sponge tertentu.
Hubungan sponge dan simbionnya dapat dikategorikan sebagai facultative mutualism, yaitu simbion yang berperan penting pada metabolisme inangnya, dan juga dikategorikan sebagai obligatory mutualism yaitu simbion yang memberikan manfaat pada inangnya, dan tidak dapat hidup tanpa adanya simbion. Ada juga dikategorikan sebagai commensalism yaitu bahwa kehadiran simbion tersebut tidak memberikan manfaat ataupun kerugian pada inangnya. Dalam beberapa kategori di atas dapat dikatakan pula bahwa sponge memberikan perlindungan (sheltered) pada mikroorganisme tersebut. Simbion dikategorikan menjadi 2 yaitu epibionts dan endosymbionts. Epibionts yaitu mikroorganisme yang tinggal di permukaan sponge, sedangkan endosymbionts adalah mikroorganisme baik yang tinggal pada sponge mesophyl ataupun yang berada di dalam sel sponge.
Simbion sponge juga mempengaruhi metabolisme nitrogen dan oksigen dalam hosting (sponge). Wilkinson dalam Osinga et al., (2001) menyatakan adanya kehadiran bakteri nitrogen dalam sponge indo-pacific coral reef. Pada saat lingkungan sekitar tempat sponge hidup kurang nitrogen, maka untuk memenuhi kebutuhan nitrogen tersebut dipenuhi melalui fiksasi nitrogen yang esensial agar sponge dapat aktif berfotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. Peranan lain simbion adalah memproduksi senyawa kimia potensial seperti antibiotik, antifungi, antifeedant, dan antifouling. Wilkinson dalam Osinga et al., (2001) juga memberikan contoh dihasilkannya senyawa antimikrobial berupa polybromo difenil eter oleh bakteri cyanobacteria Oscillatoria Spongelia yang bersimbion dengan sponge Indopacific jenis Dysidea herbacea dan diperkirakan bahwa senyawa tersebut diproduksi untuk menjaga jaringan sponge bebas dari jenis bakteri lain yang merugikan. Baru-baru ini, telah dipelajari 16 S-rDNA pada strain Oscillatoria yang diisolasi dari Dysidea sp menunjukkan perbedaan bentuk dan karakteristik pertumbuhan yang mengindikasikan bahwa setiap spesies Dysidea yang berbeda berperan sebagai host (inang) dari strain Oscillatoria yang berbeda (Madhavi S. Agrawal and Bruce F. Bowden, 2005).
Senyawa bioaktif polybromo difenil eter
Sponge Dysidea herbacea menghasilkan dua tipe senyawa umum, yaitu seskuiterpen (biasanya furanoseskuiterpen) dan turunan asam amino yang terklorinasi. Selain itu memproduksi senyawa polybromo difenil eter karena bersimbiosis dengan cyanobakter Oscillatoria spongelia.
Struktur polybromo difenil eter
Sebagai gugus, polybromo difenil eter menunjukkan aktivitas luas dalam uji bioassay. Mulai dari aktivitas antibakteri (melawan S. aureus dan T. mentagrophytes) hingga sitotoksik (Ehrlich ascite sel tumor). Aktivitas sitotoksik tersebut ditunjukkan dengan menginhibisi beberapa enzim yang berperan dalam pembentukan sel tumor, seperti enzim inosin monofosfat dehidrogenase, guanosin monofosfat sintetase dan 15-lipoksigenase.
Isolasi bioaktif polybromo difenil eter
Sponge Dysidea herbacea yang langsung dibekukan setelah di ambil dari laut diekstraksi dengan diklorometan (3x 100 ml). Solven dihilangkan dengan alat rotary evaporator hingga menjadi ekstrak kental, setelah itu dibuat ekstrak kering dengan menambahkan serbuk silica gel. Sampel difraksinasi menggunakan Kromatografi Cair Vakum menggunakan fase gerak dengan gradient kepolaran yang berbeda, dari heksan, diklorometan sampai etil asetat. Senyawa difenil eter terelusi oleh campuran diklorometan-heksan (1:9) dan (1:4). Fraksi yang didapat selanjutnya dianalisis menggunakan HPLC dengan fase gerak campuran asetonitril-ammonium asetat 1% (9:!), kecepatan elusi rata-rata 1,5 ml/menit.
Algae Macroalgae – Chlorophyta – Caulerpicin
Klasifikasi
Empire Eukaryota
Kingdom Plantae
Subkingdom Viridaeplantae
Phylum (divisi) Chlorophyta
Class (kelas) Bryopsidophyceae / Chlorophyceae
Order (ordo) Bryopsidales / Halimedales
Family (keluarga) Caulerpaceae
Genus (marga) Caulerpa
Species (jenis) Caulerpa racemosa (Forsskål) J. Agardh
Nama Latin : Caulerpa racemosa (Fors.) J. Ag var corynephora (Mont) W-vB
Nama Indonesia : Ganggang Hijau
Habitat
Zona subtidal bagian bawah, tumbuh menjalar di sela-sela bebatuan atau lamun dengan cara melekat pada substrat pasir atau pecahan batu karang
Karakteristik Morfologi
Thalus lunak menyerupai tulang rawan, berwarna hijau muda, tumbuh di sela-sela batu karang, thalus melekat pada substrat dengan holdfast serabut; thalus yang tumbuh menjalar panjang, diameter mencapai 0,5 mm; thalus tegaknya mencapai tinggi 15 cm menyerupai anggur atau silindris atau pipih, ramuli sedikit atau rapat dan tersusun radial, alternate, pinnate atau tidak teraturr pada thalus tegak.
Spesifikasi
Ciri-ciri umum. Asimilator tumbuh tegak dari stolon, warna hijau kadang agak kekuningan, tinggi mencapai 13 cm. Sumbu utama assimilator silindris, bagian pangkal mirip tangkai pendek. Ramelli seperti gada, bagian pangkalnya mengecil, tersusun teratur
Sebaran
Habitat. Alge ini menyukai habitat pasir bercampur Lumpur halus. Akar jalarnya (stolon) bisa mencapai panjang 70 cm. Kadang ditemukan di celah karang Acropora atau sejenisnya. Kebanyakan hidup di zona pasang surut. Sebaran. Asli alge tropis.
Manfaat
Makanan manusia, sumber caulerpin (substansi yang memiliki efek anastesi), obat anti jamur, dan tekanan darah rendah (Trono & Ganzon-Fortes, 1988)
Beberapa species Caulerpa digunakan sebagai bahan makanan oleh masyarakat. Mereka membudidayakan pada sebuah tangki yang besar. Caulerpa lamourouxii bersifat beracun terhadap beberapa organisme di laut. Ekstrak dari Caulerpa telah dapat diisolasi seperti caulerpicin, caulerpin dan sterol. Caulerpicin menimbulkan rasa pedas dan menyebabkan anesthesia yang ringan bila ditempatkan dimulut.Aktifitas neurotropik dari caulerpicin diperkirakan mempunyai nilai secara klinis. Caulerpicin dari Caulerpa racemosa juga telah dapat diisolasi.
Senyawa : Caulerpicin, caulerpin
Golongan senyawa : alkaloid
Struktur Caulerpin
Aktivitas
Antijamur, racun terhadap beberapa organisme laut, menimbulkan rasa pedas dan memyebabkan efek anestesi yang ringan bila ditempelkan pada mulut, sehingga aktivitas neurotropik ini mempunyai nilai klinis.
Potensi manfaat
anestesi alami
Efek Toksik
Tes farmakodinamik yang dilakukan terhadap metabolit alga jenis Caulerpa sp., yaitu caulerpicin dan caulerpin menunjukkan bahwa keduanya tidak bertanggungjawab secara langsung terhadap kasus keracunan yang terjadi. Hipotesis yang sering muncul menyatakan bahwa alga jenis ini telah terkontaminasi oleh dinoflagelata Gambierdiscus toxicus yang menyebabkan keracunan ciguatera (keracunan sea food) (Laurent, 1984).
Rabu, 13 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo tulis komentar donk