I. PENDAHULUAN
Bumi sebagian besar terdiri dari lautan. Laut sangat yang luas menyimpan sumber daya alam hayati yang besar. Salah satu sumber daya alam tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut.
Sponges merupakan salah satu penyusun ekosistem terumbu karang. Hewan laut ini telah diakui sebagai sumber berharga dalam penemuan senyawa baru yang potensial untuk manusia. Sponges memproduksi metabolit sekunder dan senyawa lain untuk menolak dan menghalangi predator dan berkompetisi mencari ruang hidup dengan spesies sessile lain. Hewan laut ini mengandung senyawa aktif yang persentase keaktifannya lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh tumbuhan darat (Muniarsih dan Rachmaniar, 1999).
Pembentukan senyawa bioaktif pada sponges sangat ditentukan oleh prekursor berupa enzim, nutrien serta hasil simbiosis dengan biota lain yang mengandung senyawa bioaktif seperti bakteri, kapang dan beberapa jenis dinoflagellata yang dapat memacu pembentukan senyawa bioaktif pada hewan tersebut (Scheuer, 1978 dalam Suryati et al, 2000).
Simbiosis sponges dan mikroba adalah fenomena ekologikal kimiawi yang potensial. Simbiosis ini menyediakan sumber secara terus menerus untuk mengembangkan petunjuk farmesetika yang baru. Simbiosis sejumlah bakteria dan cyanobacteria dengan sponges ditemukan sebagai sumber antibiotik dan senyawa bioaktif lainnya di lingkungan laut. Bakteri dari laut Pseudomonas diisolasi dari sponges inang Suberea creba berasal dari laut Coral New Caladonia memproduksi antibiotik quinine yang kuat. Albeit, actinomycetes laut dipertimbangkan sebagai sumber berharga untuk agen antimikrobia yang baru. Baru-baru ini simbiosis actinomycetes dengan sponges laut telah dilaporkan sebagai sumber berharga dari antagonis potensial. Penelitian terbaru dilaporkan menemukan potensial antimikroba dari gabungan actinomycetes dengan sponges laut dari Teluk Pantai Bengal India.
II. SIMBIOSIS MIKROORGANISME DENGAN SPONGES
A. Sponges
Sponges adalah hewan yang termasuk filum porifera. Filum ini terdiri dari tiga kelas yaitu tiga yaitu: Calcarea, Demospongiae, dan Hexactinellida (Amir dan Budiyanto,1996; Rachmaniar, 1996; Romimohtarto dan Juwana,1999). Menurut Warren (1982),Ruppert dan Barnes (1991), filum Porifera terdiri dari empat kelas, yaitu: Calcarea, Demospongiae, Hexactinellida, dan Sclerospongia.
Kelas Calcarea adalah kelas spons yang semuanya hidup di laut. Spons ini mempunyai struktur sederhana dibandingkan yang lainnya. Spikulanya terdiri dari kalsium karbonat dalam bentuk calcite. Kelas Demospongiae adalah kelompok spons yang terdominan di antara Porifera masa kini. Mereka tersebar luas di alam, serta jumlah jenis maupun organismenya sangat banyak. Mereka sering berbentuk masif dan berwarna cerah dengan sistem saluran yang rumit, dihubungkan dengan kamar-kamar bercambuk kecil yang bundar. Spikulanya ada yang terdiri dari silikat dan ada beberapa (Dictyoceratida, Dendroceratida dan Verongida) spikulanya hanya terdiri serat spongin, serat kollagen atau spikulanya tidak ada. Kelas Hexactinellida merupakan spons gelas. Mereka kebanyakan hidup di laut dalam dan tersebar luas. Spikulanya terdiri dari silikat dan tidak mengandung spongin (Warren, 1982, Ruppert dan Barnes, 1991; Brusca dan Brusca, 1990; Amir dan Budiyanto, 1996; Romihmohtarto dan Juwana, 1999). Kelas Sclerospongia merupakan spons yang kebanyakan hidup pada perairan dalam di terumbu karang atau pada gua-gua, celah-celah batuan bawah laut atau terowongan diterumbu karang. Semua jenis ini adalah bertipe leuconoid yang kompleks yang mempunyai spikula silikat dan serat spongin. Elemen-elemen ini dikelilingi oleh jaringan hidup yang terdapat pada rangka basal kalsium karbonat yang kokoh atau pada rongga yang ditutupi oleh kalsium karbonat (Warren,1982; Harrison dan De Vos,1991; Ruppert dan Barnes,1991).
Lubang yang porus pada spons mengandung sejumlah koloni bakteri (Bertrand dan Vacelet, 1971 dalam Rheinhemer, 1991). Hasil penelitian terhadap spons Microcionia prolifera, ditemukan bakteri dari genus Psedomonas, Aeromonas, Vibrio, Achromobacter, Flavobacterium dan Corynebacterium serta Micrococcus yang biasa terdapat di perairan sekitarnya (Madri et al., dalam Rheinhemer, 1991). Pola makanan spons yang khas yaitu filter feeder (menghisap dan menyaring) dapat memanfaatkan jasad renik disekitarnya sebagai sumber nutrien diantaranya bakteri, kapang dan xooxanthela yang hidup pada perairan tersebut. Sedangkan kapang, bakteri dan xoxanthelae hidup dan berkembang biak dengan memanfaatkan nutrien yang terdapat pada spons tersebut. Gandhimathi et al (2007) Pada spesies spons Callyspongia diffusa terdapat sebanyak , 38.46% adalah simbion actinonycetes. Endosimbiosis dengan microbial simbion poten sebagai antimicrobial melawan aktivitas pertumbuhan yang pathogen. Myers et al (2001) melaporkan bahwa terdapat hubungan simbiotik antara spons dan sejumlah bakteri dan alga, dimana spons menyediakan dukungan dan perlindungan bagi simbionnya dan simbion menyediakan makanan bagi spons. Alga yang bersiombiosis dengan spons menyediakan nutrien yang berasal dari produk fotosintesis sebagai tambahan bagi aktifitas normal filter feeder yang dilakukan sponge.
B. Actinomycetes
Actinomycetes merupakan mikroorganisme heterogen yang berfilamen. Karakteristik pertumbuhannya adalah cabang dari miselium yang memiliki bagian berbentuk seperti bakteri. Actinomycetes memiliki kemampuan menghasilkan antibiotik dan merupakan bakteri gram positif.
III. KESIMPULAN
Spons bersimbiosis dengan actinomycetes
Cara isolasi terdapat beberapa tahap: tahap isolasi dan tahap skrining
IV. DAFTAR PUSTAKA
Suparno, 2005, KAJIAN BIOAKTIF SPONS LAUT (FORIFERA: DEMOSPONGIAE) SUATU PELUANG ALTERNATIF PEMANFAATAN EKOSISTEM KARANG INDONESIA DALAM DIBIDANG FARMAsi, Jurnal.,Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gandhimathi R, M. Arunkumar, J Selvin, T. Thangavelu, S. Sivaramakhishnan, G.S.Kiran, S. Shanmghpriya, and K. Natarajaseenivasan, 2008, Antimicrobial potential of sponge associated marine actinomycetes, Jurnal., ScienceDirect.com
Rabu, 13 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo tulis komentar donk