Kamis, 14 Januari 2010

SORTASI DAN PENGECILAN UKURAN PARTIKEL

I. PENDAHULUAN
Sejak 2004, World Helath Organization (WHO) menetapkan Good Agricultural Collection Practice For Medicinal Plant (GACP). Hal tersebut dimaksudkan agar produk akhir obat herbal memiliki standar kualitas yang tinggi. Sehingga, nantinya dapat memasuki pasar nasional maupun global. Adapun target dari program tersebut lebih difokuskan pada bahan baku obat itu sendiri. Mulai dari budidaya, pemanenan, pengumpulan bahan, pasca panen, transportasi dan penyimpanan.
Pasca panen merupakan tahapan pembuatan simplisia yang terdiri dari pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, perajangan/pengupasan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan, dan kontrol kualitas. Adanya ketidak mampuan kita menyediakan teknologi pasca panen merupakan salah satu masalah produksi di Indonesia, yang dapat mengakibatkan :
1. Produk pertanian seperti buah-buahan cepat jenuh, sehingga harga mudah jatuh di musim panen, sehingga pengembangan secara intensif dan besar-besaran tidak dimungkinkan.
2. Bargaining power petani sangat lemah menghadapi tengkulak, sehingga kehidupan, kesejahteraan dan daya beli pada teknologi akan selalu tetap lemah
3. Kemampuan pengawetan, pengepakan, sehingga bisa menjadikan produk kualitas ekspor andalan masih sangat tergantung pada teknologi luar negeri, sehingga ketergantungan terhadap produk, uluran tangan dan teknologi akan terjadi selamanya
Bila Indonesia menguasai dan mampu mengembangkan teknologi setara dengan teknologi dunia, tidak mustahil produk pertanian bisa dimaksimalkan menjadi komoditi ekspor andalan Indonesia, sehingga kemajuan teknologi bisa berlangsung dan maju pesat (Sutrisno dkk).
Perihal pasca panen, sortasi dan pengecilan ukuran merupakan salah satu rangkaian dari proses pasca panen yang perlu diperhatikan. Secara umum, sortasi merupakan proses memilih suatu bahan yang baik, dalam hal ini lebih dispesifikasikan pada bahan tanaman obat. Sedangkan pengecilan ukuran pada bahan baku simplisia dilakukan untuk meningkatkan kualitas bahan atau meningkatkan kesesuaian bahan baku untuk proses selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan penyimpanan (Dewi, 2008).
II. PEMBAHASAN
A. SORTASI
Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan salah satu sumber mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah dapat mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik (Anonim, 1985).
• Tujuan Sortasi:
1. Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian maupun kebersihannya (Widyastuti, 1997).
2. Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat .
3. Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan asing yang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009)
• Yang dapat disortir adalah:
Semua simplisia baik berupa daun, batang, rimpang, korteks, buah, akar, biji, dan bunga.
• Batasan yang disortir :
Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan jenis simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan terhadap setiap jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa contoh batasan penyortiran terhadap beberapa simplisia :
1. Simplisia daun
Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua. Yang dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.
2. Simplisia bunga
Misal pada simplisia bunga Srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga dan daun yang terikut saat panen (Widyastuti,1997).
3. Simplisia buah
Misal pada buah kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin pengupas. Pada simplisia buah Adas, buah yang sudah kering dipisahkan dari tangkainya dengan cara memukul batang atau tangkai buah sehingga buah adas lepas ( Widyastuti,1997 ).
4. Simplisia rimpang
Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang (Anonim, 1985).
• Peraturan Sortasi
Menurut WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for Madicinal Plants :
- Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian tanaman obat yang tidak dikehendaki/digunakan.
- Pemeriksaan visual terhadap materi asing
- Evaluasi organoleptik, meliputi : penampilan, kerusakan, ukuran, warna, bau, dan mungkin rasa.

B. PENGECILAN UKURAN
Pengecilan ukuran secara umum digunakan untuk menunjukkan pada suatu operasi, pembagian atau pemecahan bahan secara mekanis menjadi bagian yang berukuran kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimia. Pengecilan ukuran dilakukan untuk menambah permukaan padatan sehingga pada saat penambahan bahan lain pencampuran dapat dilakukan secara merata (Rifai,2009).
• Tujuan Pengecilan Ukuran
1. Mempermudah ekstraksi unsur tertentu dan struktur komposisi
2. Penyesuayan dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan bentuk tertentu.
3. Untuk menambah luas permukaan padatan
4. Mempermudah pencampuran bahan secara merata

• Beberapa Cara Pengecilan Ukuran
1. Pemotongan/Perajangan
Merupakan cara pengecilan ukuran dengan menghantamkan ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong. Struktur permukaan yang terbentuk oleh proses pemotongan relatif halus, pemotongan lebih cocok dilakukan untuk sayuran dan bahan lain yang berserat (Rifai, 2009). Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan berpengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari stainlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi, bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya melintang (slice). Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh jamur (Sembiring, 2007).
2. Kompresi/Pemukulan/Penggerusan/Penumbukan
Prinsip kerja dari kompresi adalah dengan tekanan yang kuat terhadap buah, Biasannya, penghancuran ini untuk menghancurkan buah yang keras. Alat dari kompresi ini dinamankan chrushing rolls. Proses ini dilakukan dengan memberikan gaya tekan yang besar sambil dilakukan penggesekan pada suatu permukan padat, sehingga bahan terpecah dengan bentuk yang tidak tertentu. Umumnya, permukaan alat dibuat dengan kekerasan tertentu, sehingga dapat membentuk pencabikan bahan (Dewi, 2008)
Pemukulan adalah operasi pengecilan ukuran dengan memanfaatkan gaya impact, yaitu pemberian gaya yang besar dalam waktu yang singkat. Prinsip kerja dari impact adalah dengan memukul buah. Alat yang biasa digunakan yaitu hammer mill. Alat ini untuk menghasilkan bahan dengan ukuran kasar, sedang, dan halus (Dewi, 2008). Bahan yang berserat atau kenyal tidak dapat dikecilkan ukurannya dengan cara pemukulan, karena gaya impact tidak dapat menyebabkan pecahnya bahan menjadi bagian yang lebih kecil. Demikian pula bahan yang besar, tidak dapat dikecilkan ukuranya dengan cara pemukulan karena akan merusak bentuk asal (Rifai, 2009).
Jika pemukulan dilakukan dengan penahan, maka dikatakan terjadi peristiwa atau proses penggerusan atau penumbukan. Sebaliknya, jika tanpa penahan dikatakan proses pemukulan saja. Pemukulan cocok dilakukan pada bahan yang keras tetapi rapuh dalam kondisi kering. Sedangkan untuk bahan yang rapuh dan sedikit berserat seperti biji-bijian dilakukan dengan cara penggerusan. Selain itu, penggerusan dapat dilakukan pada bahan kering ataupun basah. Umumnya, pada bahan yang basah dilakukan dengan penambahan air sebagai media pendingin alat penggerus (Rifai,2009).
3. Menggiling/Shearing
Cara ini menggunakan prinsip impact, yaitu dengan mengikis buah atau menggiling buah. Alat yang biasa digunakan dalam metode ini adalah Disc Atrition Mill. Alat ini untuk menghasilkan bahan dengan ukuran yang halus (Maharani, 2008).
• Alat yang Digunakan
1. Pisau
2. Mesin perajang (slicer)
3. Tipe piringan. Alat perajang ini dapat menghasilkan karakteristik rajangan rimpang yang memenuhi karakteristik simplisia yang diinginkan pengepul dan dapat meningkatkan produktivitas perajangan dari sekitar 10 kg per-jam (menggunakan pisau dapur) menjadi sekitar 50 kg per-jam
4. Disc Atrition Mill
5. Hammer mill


Gambar Hammer Mill (Anonim, 2009)
• Aturan Pengecilan Ukuran Partikel
1. Kadar air tidak lebih dari 10%
2. Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Farmakope Indonesia atau Materia Medika Indonesia.
3. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 107 untuk rajangan yang penggunaannya dengan cara pendidihan dan tidak lebih dari 106 untuk rajangan yang penggunaannya dengan cara penyeduhan.
4. Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
5. Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 104.
6. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj).
7. Wadah dan penyimpanan.
8. Dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari ( Anonim , 1998 ).
• Aturan Tambahan
Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm (Sembiring, 2007).
• Simplisia yang Perlu Dilakukan Pengecilan Ukuran Partikel
Simplisia dengan ukuran agak besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, buah dan lain-lain (Sembiring, 2007)
III. REFRENSI
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1998, Peraturan Perundang-undangan di Bidang Obat Tradisional, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2003, WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice (GACP) for Madicinal Plants, tersedia [online] http://whqlibdoc.who.int/publications/2003/9241546271.pdf/ diakses 10 September 2009
Anonim, 2009, Hammer Mill,
http://www.munsonmachinery.com/products/size/HammerMill/images/hammermill-2_home.jpg/ diakses 9 september 2009
Bagem Sembiring, Warta Puslitbangbun Vol.13 No. 2, Agustus 2007
Dewi, M.K.Kemala, 2008, Proses Cleaning, Sortasi, Grading Dan Size Reduction Pada Buah Apel, tersedia [online] http://maharni.wordpress.com/2009/01/09/teknik-pengolahan-hasil-petanian/ diakses 4 september 2009
Rifai, Hakim, 2009, Pengecilan Ukuran Kedelai Dan Jagung, tersedia [online] http://wwwloanocoid.blogspot.com/ diakses 4 september 2009
Sutrisno, dkk, Pengembangan teknologi pasca panen, tersedia [online] http://74.125.153.132/search?q=cache:7LEelPKVZ0YJ:lemlit.ugm.ac.id/Agro/download/PENGEMBANGAN_%2520TEKNOLOGI.doc+pascapanen&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id/ diakses 11 september 2009
Widyastuti, Yuli, 1997, Penanganan Hasil Panen Tanman Obat Komersial, Trubus Agriwidya, Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo tulis komentar donk